Peneliti Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Azwar Maas menjelaskan, sistem itu harus menjamin sistem buka tutup untuk menjaga ketinggian air ketika musim hujan. Begitu juga pada musim kering gambut tetap berair.
"Kalau itu bisa diterapkan, gambut bisa dimanfaatkan. Hanya saja pengelolaan tidak boleh parsial. Karena itu perlu pemberlakuan zonasi," kata Azwar.
Azwar mencontohkan, di Bengkalis, Riau terdapat korporasi yang mampu mengelola gambut dengan sistem ini.
"Teknologi ini cukup baik karena ketinggian air di gambut tetap terjaga. Bahkan air yang berasal dari gambut tersebut dapat dipakai sebagai air keemasan," kata Azwar.
Gambut seperti diketahui merupakan bahan akar penting di negara negara Eropa seperti Irlandia dan Skotlandia. Gambut digunakan sebagai bahan untuk memasak dan pemanas rumah tangga.
Secara modern, gambut dipanen dalam skala industri dan dipakai untuk bahan bakar pembangkit listrik, pembangkit listrik tenaga gambut terbesar ada di Finlandia yakni Toppila Power Station sebesar 190 MW.
Di Jepang gambut direklamasi menjadi lahan sawah. Di Eropa lahan gambut digunakan sebagai lahan pertanian hortikultura. Di Indonesia gambut dapat digunakan untuk perkebunan HTI dan kelapa sawit.
[wid]
BERITA TERKAIT: