Hal itu disampaikan Deputi I Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Maritim dan Sumber Daya Arif Havas Oegroseno usai menutup High Level Dialogue on Fishieries and Maritime di Padma Resorts, Legian, Bali (Kamis, 10/12).
"Nanti ikan tangkap dari Indonesia akan dikasih tag atau nomor. Kemudian dilabel dengan barcode. Pasti harga ikan Indonesia akan semakin tinggi jika diekspor, terutama untuk negara-negara Eropa. Contohnya itu sapi, kan di telinganya ada anting, nah ikan juga nanti ditempel," jelasnya.
Havas membeberkan, ada beberapa standar yang harus dipenuhi oleh suatu negara yang mengirim produk ikannya ke Eropa. Salah satunya soal kualitas dan kesehatan ikan. Beberapa standar lain adalah ikan yang bebas dari penangkapan ilegal dan faktor sosial lain.
"Jadi nanti ikan yang sudah di-tag atau diberi nomor itu dibawa ke restoran di Eropa. Dari situ nanti bisa tahu ikan itu jenis apa, dapat dari daerah mana. Jadi, kalau ada sistem tagging lewat sertifikat elektronik Eropa mau beli lebih mahal," katanya.
Dalam mengonsumsi ikan, negara-negara di Eropa tidak pernah memberi harga pada ikan lewat beratnya, tapi dari kualitas atau nilai yang terkandung didalamnya.
"Ikan nanti bisa sama, tapi ada tagging lebih mahal. Saat ini Eropa sudah punya prototipenya. Biasanya ikan yang sudah di-tag itu dari Mediterania atau Atlantik. Sistemnya sama sebetulnya, kalau ada sertifikat pasti lebih mahal," ujar Havas.
Namun demikian, Havas masih belum bisa memastikan kapan sistem sertifikat elektronik pada ikan di Indonesia akan diterapkan. Yang pasti, jika teknologi itu murah dan mudah, Indonesia akan menggunakannya.
[wah]
BERITA TERKAIT: