Ketua DPP IKAPPI Bidang Organisasi, Imam Hadi Kurnia menyebut ketiga tantangan itu pertama adalah terjadinya penurunan daya beli masyarakat pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa bulan lalu disertai melemahnya rupiah pada akhir-akhir ini.
"Sejak sebelum kenaikan BBM sebenarnya telah terjadi trend penurunan daya beli masyarakat yang dirasakan oleh pedagang pasar tradisional. Situasi tersebut merata di seluruh Indonesia," jelas Imam dalam rilisnya yang diterima redaksi di Jakarta, Rabu (26/8).
Mayoritas pedagang pasar tradisional pun banyak mengeluhkan situasi tersebut karena penurunan mencapai 30 persen - 40 persen dibandingkan dengan awal Ramadhan pada tahun sebelumnya.
"Masuk akhir Ramadhan hingga pasca Idul Fitri memang sempat terjadi trend kenaikan, namun tetap saja lebih rendah bila dibandingkan dengan Idul Fitri pada tahun sebelumnya," bebernya.
Trend kenaikan itu tidak berlangsung lama karena dibarengi dengan trend kenaikan harga yang melambung dan tak kunjung turun. Penurunan daya beli masyarakat pun terjadi yang berlanjut hingga hari ini.
Imbasnya pedagang pasar tradional berpotensi mengalami kerugian besar jika tidak segera memutar otak agar tetap bisa menggerakan roda ekonomi keluarga mereka. Lanjut Imam, melemahnya rupiah terhadap dolar AS pun turut berperan pada penurunan daya beli masyarakat.
"Situasi ini jelas merupakan situasi yang sulit bagi kami para pedagang pasar tradisional,"
Imam menjelaskan, penurunan daya beli masyarakat mengakibatkan pedagang pasar tradisional harus mengurangi stok. Terutama bagi pedagang yang menjual barang dagangan yang tidak bisa bertahan lama seperti sayuran, daging, buah dan lainnya. Selain itu belanja modal yang harus dikeluarkan oleh pedagang juga bertambah karena harga berbagai komoditas yang pedagang terima memang sudah tinggi.
Daya beli masyarakat yang menurun dan pengurangan stok berakibat juga pada penurunan omzet pedagang pasar tradisional. Menurut Imam, bila pemerintah tidak tanggap atas situasi ini, akan banyak pedagang yang menutup lapak dan berhenti berjualan.
Tantangan yang kedua adalah minimnya peran serta pemerintah dalam mempersiapkan pasar tradisional dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).
"Padahal tantangan ini ada di depan mata. Namun sepertinya pemerintah kurang optimal dalam mempersiapkan pasar tradisional dalam menghadapi tantangan ini," bebernya.
Sampai saat ini langkah yang terlihat hanya sebatas merevitalisasi bangunan fisik pasar tradisional saja, namun SDM nya kurang mendapatkan perhatian. Bila pemerintah abai terhadap peningkatan dan pemberdayaan SDM pedagang dan pengelola pasar tradisional, pihaknya agak pesimis dalam menatap tantangan pasar bebas ASEAN tersebut.
"Memang masih ada sedikit waktu untuk mempersiapkan itu semua, walau kami memandang agak terlambat," terangnya.
Karenanya, lanjut Imam, DPP IKAPPI mengimbau agar pemerintah bisa segera merubah arah kiblat pembangunan pasar tradisional dari sekedar berorientasi secara fisik kepada peningkatan dan pemberdayaan SDM pedagang dan pengelola pasar tradisional.
Tantangan lainnya adalah marak terjadinya pelemahan fungsi dan peran pasar tradisional. Menurut dia, tingginya angka kebakaran pasar tradisional yang hampir menembus angka 200 kasus kebakaran, penggusuran paksa terhadap pedagang pasar maupun PKL, ekspansi ritel modern yang sudah melampaui batas kewajaran hingga kampanye negatif yang terus menyasar ke pasar tradisional disadari atau tidak telah melemahkan fungsi dan peran pasar tradisional sebagai benteng ekonomi nasional.
"Sadarkah kita saat krisis 1998 yang lalu, yang menjadi momok bagi para pelaku pasar modal dan perbankan dan telah memakan banyak korban bahkan hingga perusahaan-perusahaan keuangan multinasional," tegas dia.
Justru dalam kondisi itulah, lanjut Imam menekankan, pasar tradisional dan sektor mikro lainnya berperan sebagai benteng yang kokoh bagi ekonomi nasional. Daya tahan pasar tradisional atas gelombang krisis pun terbukti kembali saat terjadi krisis pada tahun 2009 silam.
"Sekali lagi menjadi ujian ketahanan bagi pasar tradisional sebagai benteng yang kokoh bagi ketahanan ekonomi nasional," imbuh Imam.
Karenanya, pedagang pasar tradisional harus segera mengkonsolidasikan diri secara nasional untuk menghadapi berbagai isu dan tantangan besar kedepan. Pedagang pasar tradisional tidak boleh sekedar menjadi objek pembangunan dan perubahan.
"Dalam konsolidasi nasional tersebut, kami juga akan menegaskan diri sebagai elemen yang tidak terpisahkan dari rakyat Indonesia dalam mewujudkan perubahan dan pembangunan bangsa menuju pada cita cita pendiri Republik ini," pungkasnya.
[wid]
BERITA TERKAIT: