"Ditunda, bukan dibatalÂkan. Prioritas kami adalah peningkatan produksi migas, termasuk untuk peningkatan produksi kilang nasional. Jadi kita dahulukan yang prioritas," kata Vice President CorpoÂrate Communication Wianda Pusponegoro saat dihubungi
Rakyat Merdeka, kemarin
Ia menjelaskan, proyek meÂnara ini sudah dimulai sejak pertengahan 2014 lalu, dengan dilakukan ground breakÂing. Namun saat ini, progres pembangunannya dihentikan sementara.
Keputusan untuk menghenÂtikan sementara pembangunan menara ini, kata Wianda, juga karena adanya revisi Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP).
"Saat ini perseroan sedang melakukan efisiensi terkait beÂlum stabilnya kondisi minyak mentah dunia yang sempat turun 50 persen dibanding peÂriode 2014. Selain sektor hulu, Pertamina sedang fokus melihat blok-blok terminasi yang akan dikelola. Jadi proyek menara kita hold dulu," tegasnya.
Meski begitu, Wianda meÂmastikan kalau proyek ini nantiÂnya akan tetap dilanjutkan. Penundaan inipun diklaim tidak merugikan perusahaan dan pihak lainnya.
"Menara ini akan kita lanÂjutkan nanti. Sekarang yang penting adalah bagaimana meningkatkan produksi minÂyak nasional," pungkasnya.
Seperti diketahui, menara Pertamina ini digadang-gadang menjadi gedung pencakar langÂit tertinggi di Indonesia dengan tinggi 530 meter. Bangunan ini dibangun di kawasan Rasuna Episentrum Kuningan, Jakarta Selatan. Nantinya akan ada 99 lantai di gedung tersebut, dengan luas total bangunan 540 ribu meter persegi.
Menara Pertamina diklaim jauh lebih tinggi dari Petronas Twin Towers di Malaysia yang memiliki ketinggian 452 meter. Menara ini dibangun di atas lahan seluas 5,7 hektare (ha) memiliki 99 lantai, sementara Menara Kembar Petronas seÂbanyak 88 lantai. ***