Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, kontrak jual beli BBM ini akan berlangsung selama 10 tahun ke depan.
"Kami akan mulai men-supÂply bahan bakar ke Adaro dua bulan dari sekarang. Nilai konÂtraknya Rp 7 triliun per tahun, dengan supply 550 ribu kilo-liter, dan masih bisa dinaikkan lagi menjadi 800 ribu kilo-liter per tahun nantinya," ujarnya.
Menurutnya, dengan estiÂmasi pembayaran BBM sebeÂsar Rp 7 triliun per tahun dari Adaro, Pertamina berpotensi mengantongi pendapatan minimal Rp 70 triliun saat konÂtrak berakhir pada 2025.
Pihaknya, juga berharap kerja sama ini dapat dikemÂbangkan dengan mengoptimalÂkan pemanfaatan infrastruktur seperti penyimpanan bahan bakar milik Adaro yang tidak terpakai.
"Ada storage berkapasitas 72 ribu kilo-liter dan derÂmaga milik Adaro yang bisa dimanfaatkan untuk menamÂbah cadangan BBM yang dikelolanya," terangnya.
Dengan adanya dermaga tersebut, sambungnya, PertamÂina dapat lebih efisien karena tidak perlu investasi untuk membangun floating terminal. Dengan begitu, ia berharap tingkat stok cadangan BBM Pertamina yang saat ini baru 22 hari bisa menjadi 30 hari.
Bahkan, keberadaan storÂage dan dermaga yang ada di Indonesia Timur bisa menjadi jalur untuk menghubungkan daerah-daerah disana.
"Ini sangat strategis karena group Adaro sangat besar di daerah timur, dan berharap Pertamina tambah kuat disaÂna," harapnya.
Sementara Presiden DirekÂtur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir menambahkan, melalui sinergi ini diharapkan bisa memasok seluruh kebutuÂhan BBM Adaro.
"Kami juga membutuhkan keamanan suply BBM dan Pertamina butuh pasar," kaÂtanya. ***