Garuda Gandeng Bank Swasta Transaksi Lindung Nilai Rp 1 T

Nggak Mau Rugi Rupiah Anjlok

Rabu, 15 April 2015, 09:48 WIB
Garuda Gandeng Bank Swasta Transaksi Lindung Nilai Rp 1 T
Garuda Indonesia/net
rmol news logo PT Garuda Indonesia menggandeng empat bank swasta untuk kerja sama transaksi lindung nilai (hedging), dengan senilai Rp 1 triliun. Kerja sama ini untuk mencegah kerugian perseroan akibat gejolak rupiah.
 
Keempat bank tersebut, yakni Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Mega, Bank ANZ Indonesia, dan BankStandard Chartered Indonesia.

Direktur Utama Garuda Indo­nesia Arif Wibowo mengatakan, kerja sama ini bertujuan untuk mengurangi risiko melonjaknya biaya operasional akibat pelema­han nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Karena biaya operasional penerbangan seperti pembelian avtur dan perawatan pesawat dibayarkan dalam bentuk dolar AS," ujarnya, di Jakarta, ke­marin.

Ia menjelaskan, kerja sama tersebut, akan diimplementasi­kan melalui mekanisme transaksi Cross Currency Swap tahap dua oleh empat bank swasta dengan total nilai mencapai Rp 1 triliun. Di mana transaksi Cross Curren­cy Swap merupakan bagian dari strategi quick wins perusahaan untuk rebound di 2015.

"Efisiensi dari transaksi Cross Currecy Swap tahap dua selama masa tenor tiga tahun diperkira­kan mencapai 16,4 juta dolar AS," katanya.

Menurutnya, dengan dipa­toknya rupiah terhadap dolar AS, pembayaran rupiah untuk operasional lebih konsisten di tengah tantangan yang dihadapi industri penerbangan saat ini.

Nantinya, kata dia, keempat bank akan membayarkan kewa­jiban Garuda Indonesia selaku penerbit obligasi sesuai porsi yang telah disepakati dalam perjanjian dan pembayaran dilakukan dalam denominasi ru­piah kepada pemegang obligasi efektif per 5 April 2015.

Maskapai pelat merah ini nantinya akan membayar selu­ruh kewajibannya kepada empat bank tersebut, dalam bentuk denominasi dolar AS pada 5 Juli 2018.

Sementara Presiden Direktur BII Taswin Zaskaria menga­takan, kerja sama ini sebagai wujud dukugan industri per­bankan kepada Badan Usaha Milik Negara dalam mengelola pinjaman khususnya dalam memitigasi risiko nila tukar.

Dalam acara penandatanganan tersebut, turut hadir Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib, CEO Bank ANZ Indo­nesia Joseph Abraham dan CEO Standard Chartered Indonesia Shee Tsee Koon.

Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk IGN Akhsara Danadiputra menga­takan, perseroan menargetkan kenaikan pendapatan sebesar 10 persen pada kuartal II/2015 dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Pencapaian itu didu­kung peningkatan jumlah pen­umpang sebanyak 12,5 persen.

Garuda mencatat pendapatan Rp 112 miliar dari penjualan tiket pada penyelenggaraan Garuda Travel selama tiga hari di Jakarta, beberapa waktu lalu. Sementara dari Medan, Sumatera Utara se­nilai Rp 10 miliar. Lalu Manado, Sulawesi Utara Rp 5 miliar.

Dia meyakini, Garuda akan membukukan kinerja positif pada kuartal pertama tahun ini.

"Untuk triwulan pertama 2015 kinerja Garuda Indonesia cukup baik. Loss berkurang banyak. Kalau kuartal pertama 2014 kita rugi USD162 juta, itu akan hilang," tukasnya.

Terkait kerugian di 2014, Arif sebelumnya mengatakan, keru­gian tersebut diakibatkan adanya tekanan dari faktor eksternal dan internal yang membuat kinerja keuangan maskapai melemah.

"Memang kita mengalami kerugian karena kinerja keuan­gan pada 2014 dipengaruhi oleh kondisi industri penerbangan bukan saja di Indonesia, namun juga di dunia yang sedang men­galami turbulensi," ujar Arif.

Adapun faktor eksternal yang berdampak kepada kerugian Garuda yaitu depresiasi rupiah, serta sempat tingginya harga ba­han bakar yang menekan profit mengingat biaya bahan bakar merupakan salah satu komponen biaya operasional terbesar, yaitu mencapai 40 persen.

Selain faktor eksternal, ter­tekannya profit Garuda juga dipengaruhi oleh lambatnya pengembangan infrastruktur transportasi udara nasional yang berdampak pada inefisiensi op­erasional penerbangan.

Dalam laporan keuangan Garuda selama 2014 yang diter­bitkan oleh Bursa Efek Indonesia, beban usaha Garuda men­ingkat pada 2014 dibanding tahun sebelumnya dari 3,7 miliar dollar menjadi 4,29 miliar dol­lar. Peningkatan beban tersebut didorong oleh beban operasional penerbangan mencapai 2,56 mil­iar dollar AS dan beban peme­liharaan dan perbaikan sebesar 420 juta dollar AS. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA