Kadin Siap Bangun 34 Unit LNG Receiving Terminal

Tanam Investasi 8 Miliar Dolar AS

Senin, 30 Maret 2015, 08:32 WIB
Kadin Siap Bangun 34 Unit LNG Receiving Terminal
ilustrasi
rmol news logo Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) meminta jaminan pasokan gas dari Ke­menterian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) un­tuk pengembangan Liquefied Natural Gas (LNG) receiving terminal di setiap provinsi. Langkah ini untuk menghidup­kan industri di daerah.

"Jika rencana ini bisa ber­jalan, maka industri di daerah bisa hidup. Ekonomi daerah juga bisa maju karena mencip­takan lapangan kerja baru," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah Tertinggal Natsir Mansyur kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurut dia, Kadin siap membangun 34 unit LNGreceiving terminal di setiap provinsi dengan investasi 8 miliar dolar AS. Selain untuk meningkatkan per­tumbuhan ekonomi daerah, langkah i n i juga untuk mendukung pembangunan infrastruktur gas.

Saat ini, pengusaha Kadin sudah memesan 50 unit kapal dengan kapasitas 3.500-5000 Deadweight Tonnage (DWT) untuk mengangkut LNG guna mendukung program penyalu­ran gas.

"Kadin akan bekerja sama dengan pemerintah daerah bersama perusahaan terkait untuk menyusun roadmap pembangunan LNG receiving terminal," jelasnya.

Natsir menegaskan, pem­bangunan infrstruktur gas tersebut akan diselaraskan dengan program peta jalan kebijakan gas bumi nasional pemerintah. Namun, dia me­minta ada jaminan pasokan gas dari pemerintah untuk program ini supaya bisa berjalan.

"Jika ini sudah dibangun, tapi pasokan gasnya tidak ada pasti percuma," ucapnya.

Apalagi kebutuhan gas set­iap tahunnya terus meningkat. Bahkan untuk tahun lalu kebu­tuhan gas bumi diperkirakan mencapai 10 juta metric ton atau separuhnya dari yang diekspor. Karena itu, ke depan kebijakan pengalokasian gas bumi harus diarahkan untuk memberikan multiplier effect bagi kegiatan perekonomian, bukan lagi berorientasi penda­patan.

"Makanya perlu dibangun LNG receiving terminal, Jar­ingan Pipa Gas, Satelit Station untuk mendukung aktivitas perekonomian nasional atau daerah," ujar Natsir.

Ketua Asosiasi Pengusaha Compressed Natural Gas In­donesia (APCNGI) Robbi Sukardi mendesak pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur penunjang guna merealisasikan konversi bahan bakar minyak ke gas.

Menurut Robbi, Indonesia memiliki potensi gas yang lebih besar dibanding negara lain yang kini telah melakukan kon­versi bahan bakar minyak ke gas. Sayangnya, Indonesia belum memiliki infrastruktur penun­jang yang matang. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA