Pengamat pertanian dari AsoÂsiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, meskipun program raskin sudah berjalan 15 tahun lebih, kualitas berasnya masih sangat buruk. Bahkan di beberapa daerah banyak ditemukan beras yang bau dan berkutu.
"Beras raskin berkutu bukan sesuatu hal yang mengagetkan lagi. Sejak 15 tahun lebih proÂgram itu bergulir, sudah banyak ditemukan raskin bau dan berÂkutu," ujarnya kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut Khudori, raskin berkutu terus terjadi karena adanya penyimpangan yang tak kunjung bisa diselesaikan oleh pemerintah. Bahkan, dia menyebut, raskin berkutu terus muncul karena adanya mafia raskin.
Berdasarkan temuan KomiÂsi Pemberantasan Korupsi (KPK), kata dia, raskin itu ada yang tidak tepat jumlah, sasaÂran, harga dan kualitas. Nah, raskin berkutu termasuk yang tidak tepat kualitas. Menurut dia, raskin berkutu menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (Pemda) dan Bulog selaku pendistribusinya.
Dia bilang, terus berulangnya temuan raskin bau dan berkutu menjadi tamparan keras buat Bulog. "Kenapa sudah 15 tahun lebih tapi kejadian seperti raskin berkutu masih terus terjadi," cetusnya.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan, dirinya akan memperbaiki sistem penyimpanan beras Bulog. "Itu tanya dari pihak Bulog yang lebih tahu (beras jelek), itu wilayahnya Bulog. Tapi kita akan memperÂbaiki sistem penyimpanan beras Bulog," katanya.
Dia mengatakan, sistem penyÂimpanan beras yang tidak bagus akan memengaruhi kualitas beras Bulog tersebut.
Dirut Perum Bulog Lenny Sugihat mengakui, memang ada sejumlah catatan terkait dengan kualitas beras raskin seperti banÂyak kutunya. Menurutnya, kutu di dalam raskin dengan jumlah yang tidak terlalu banyak masih dinyatakan wajar.
"Sekarang persoalannya daÂlam 15 kg beras ada berapa ekor kutu. Kalau 15 kg kutunya 10 kg beras itu sudah kita hancurkan," tegasnya. ***