Ngaku Sakit, Menteri ESDM Pasrah Lifting Gas Diketok 1,221 Juta Barel

Serapan Dana Infrastruktur Minim Akibat Banyak Intervensi

Jumat, 30 Januari 2015, 08:54 WIB
Ngaku Sakit, Menteri ESDM Pasrah Lifting Gas Diketok 1,221 Juta Barel
Menteri ESDM Sudirman Said
rmol news logo Komisi VII DPR menyepakati target lifting gas sebesar 1,221 juta barel setara minyak per hari (Million Barel Oil Equivalent Per Day/MBOEPD) untuk APBN Perubahan 2015. Target tersebut lebih besar dari keinginan Kemen­terian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Kesepakatan ini diambil da­lam rapat lanjutan asumsi makro bersama Kementerian ESDM. Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika memutuskan angka lifting gas setelah mendengar pendapat semua fraksi.

"Kalau dilihat ini, mayoritas menginginkan sama seperti ta­hun lalu yaitu 1,221 juta barel. Kita ambil ini," ungkap Kardaya dalam rapat di DPR, kemarin.

Menteri ESDM Sudirman Said terlihat pasrah mendengar kepu­tusan Komisi VIIDPR. Sebab, pemerintah awalnya meminta lift­ing gas lebih kecil dari target tahun lalu yaitu 1,117 juta MBOEPD dengan alasan banyak kendala yang harus dilalui tahun ini.

Namun demikian, berdasar­kan koordinasi dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Keg­iatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Sudirman menyetujui target tersebut dan meminta diturunkan sedikit dari 1,221 MBOEPD.

"Sudah bertanya pada SKK Mi­gas, jawabanya kalau level 1,200 masih diusahakan, barangkali jadi target, kita akan usahakan," tutur dia yang mengaku sedang sakit.Sudirman mengeluh kurang prima karena kurang tidur.

"Sebenarnya saya mau tidur, saya malu sama yang punya nama asli (Panglima Besar Jen­deral Sudirman). Yang punya nama asli saja ditandu masih berjuang," ucapnya.

Kondisi tubuh yang kurang fit itu lantaran sejak 26 Januari, Sudirman melakukan rapat kerja bersama Komisi VII hingga tengah malam. Rapat maraton itu diawali sejak pukul 10.00 WIB dan selalu berakhir jelang tengah malam.

Adapun agenda rapat sejak 26 Januari itu yakni pembahasan ki­nerja Kementerian ESDM yang berlangsung selama dua hari. Kemudian rapat diteruskan pada 28 hingga 29 Januari 2015.

Sudirman menjelaskan, min­imnya anggaran dan kondisi infrastruktur saat ini tidak mampu mendongkrak lifting gas tahun ini. Ia juga mengungkapkan pemer­intah juga belum memfokuskan pada produksi gas tersebut.

"Budget-nya (anggaran) sangat sedikit, jangan sampai mengambil anggaran banyak tetapi kami tidak siap," katanya.

Sudirman juga bercerita temuannya terkait serapan dana pembangunan infrastruktur gas yang masih jauh dari harapan. Itu terjadi di kabinet pemerin­tahan yang lalu.

"Memang saat itu banyak ke­lucuan. Paling nyata ya itu serapan dana infrastruktur gas yang sangat kecil," ungkapnya.

Menurutnya, serapan dana infrastruktur gas di 2014 saja hanya mencapai 15 persen. Pada­hal proyek infrastruktur itu sudah disiapkan dari sisi fasilitas sampai sumber daya manusia (SDM).

"Padahal orang semua leng­kap. Ternyata ketika dicek ban­yak intervensi kepentingan di dalamnya," jelas dia.

Melalui temuan dia, sejumlah proyek infrastruktur gas di tahun lalu banyak memiliki rapor merah. "Bahkan, kendala sera­pan dana itu murni karena non teknis. Itu yang menyebabkan serapan dana infrastruktur gas tidak maksimal," tutur dia.

Selain menetapkan lifting gas, Komisi VIIjuga menetapkan harga minyak mentah Indone­sia (Indonesia crude price/ICP) di level 60 dolar AS per barel. ICP itu lebih rendah dibanding usulan Kementerian ESDM sebesar 70 dolar AS per barel.

Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiraat­madja mengatakan, perubahan ICP setiap 1 dolar AS berpen­garuh pada pendapatan negara sebesar Rp 3 triliun. Itu suatu konsekuensi dari turunnya harga minyak dunia. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA