Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran mengatakan, IndoÂnesia terus-menerus melaÂkuÂkan ekspor energi meski saat ini sumÂber energi yang didapat dari perut bumi jumlahnya sudah menciut.
“Cadangan gas Indonesia seÂkarang hanya 2,6 persen dari caÂdangan di seluruh dunia, tapi InÂdonesia masih menjadi ekÂsportir terbesar ke delapan di duÂnia. UnÂtuk batubara, Indonesia jadi eksÂportir terbesar di dunia,†ujar TuÂmiran di Jakarta, kemarin.
Menurut Tumiran, apa yang dilakukan pemerintah terkait keÂbijakan energi patut disaÂyangÂkan. Pasalnya, saat negara lain menjaÂdi importir energi untuk keÂtahaÂnan energi. Indonesia jusÂtru meÂlakukan ekspor hanya deÂmi peÂmaÂsukan negara.
“Di Asia, Indonesia negara pengÂekspor. Lihat, negara lain tiÂdak ada ekspor energi. China, Jepang meÂreka impor energi,†tuturnya.
Dia mengungkapkan, Jepang telah menimbun gas alam cair atau Liquid Natural Gas (LNG) yang berasal dari Indonesia di daÂÂlam sebuah bukit. Kata dia, hal itu bertujuan agar ketahanan enerÂgi Jepang tetap terjaga meski negara itu sebenarnya tidak meÂmiliki sumber energi gas.
Tumiran mengatakan, cadaÂngan energi yang dimiliki IndoÂnesia adalah cadangan energi opeÂrasional, bukan cadangan peÂnyangga. Bahkan, cadangan enerÂgi Indonesia disebut hanya mamÂpu bertahan 20 hari.
“Cadangan kita hanya cadaÂngÂan operasional untuk 20 hari. Itu juga BBM Pertamina,†tukasnya.
Indonesia, kata dia, kalah deÂngÂan Singapura. Indonesia kaÂlah daÂlam infrastruktur energi dari neÂgara itu. Padahal, SingaÂpura tak punya sumber daya alam (SDA).
“Singapura punya pipa-pipa dan tangki yang siap menjadi hub transaksi gas Asia Pasifik. MeÂreka sudah berlebih daripada kita,†kata Tumiran.
Menko Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan, ke depan ekspor bahan baku energi baik gas dan tambang harus dikurangi untuk mendorong Indonesia menÂÂÂjadi negara maju yang berÂbasis industri. Jadi, sumber daya alam tidak digunakan sebagai modal pembangunan.
CT, panggilan akrab Chairul Tanjung mengungkapkan, negaÂra-negara lain tidak ada lagi yang mengandalkan sumber daya alam sebagai modal untuk pertumbuÂhan. Contohnya, Korea dan JeÂpang merupakan negara maju yang dulu memiliki sumber daya alam dan mengolahnya menÂjadi barang jadi.
“Kalau kita mau menjadi neÂgara maju, harus menjadi neÂgara industri. Jika Indonesia menjadi negara maju tetapi tidak menjadi negara industri, akibatÂnya akan menjadi negara konÂsumsi,†teÂrang CT.
Darurat EnergiKetua BEM (Badan Ekesekutif Mahasiswa) Poltek Negeri JaÂkarta (PNJ) Erwin mengatakan, kedauÂlatan energi di negara ini sedang sekarat. Hal ini disebabÂkan virus dari Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun 2001 tentang Migas.
Padahal, energi adalah salah saÂtu kunci utama kemajuan seÂbuah negara. Energi dapat mengÂgerakÂkan industri, ekonomi dan meÂnanggung hajat hidup orang baÂnyak. Namun, Indonesia tengah menghadapi masalah energi yang sangat mempriÂhatinkan.
“Kedaulatan energi Indonesia sedang sekarat. Semakin hari viÂrus-virusnya semakin leluasa meÂnyebar dan merusak. Bahkan neÂgara kita ini sedang menuju daÂrurat energi. Undang-Undang MiÂgas terlalu memberikan kemuÂdahÂan bagi asing untuk mengeÂlola migas di Indonesia,†terang Erwin saat acara Konsolidasi Mahasiswa se-Jabodetabek, kemarin.
Selain virus UU Migas, virus lainnya adalah UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing yang sangat berwatak liÂberal, menyebutkan sektor migas dan pertambangan boleh dikuasai korporasi asing hingga mencapai 95 persen. “Ini yang berbahaya,†cetusnya.
Direktur Energi Watch FerdiÂnan Hutahayan mengatakan, geÂrakan Pertamina sebagai penangÂgung jawab penuh bagi pemeÂnuhan keÂbutuhan BBM di InÂdonesia menÂjadi terbatasi karena UU tersebut. Akibatnya, IndoÂneÂsia sangat sulit membuat kilang-kilang baru di dalam negeri.
“Kalau tidak bisa menolak camÂpur tangan asing, kita akan terus menerus dijajah di negeri sendiri,†kata Ferdinan.
Ferdinan juga menegaskan, keÂterlibatan asing semakin diperÂkuat oleh mafia migas dalam neÂgeri yang telah berkomitmen unÂtuk terus mengkhianati negara. Hal inilah yang membuat negara mengalami kerugian ribuan trilÂliunan rupiah setiap tahunnya.
“Karena itu rezim pemeÂrinÂtahan Jokowi-JK harus memÂbersihkan keterlibatan mafia dan antek asing dalam pengelolaan migas naÂsional,†pungkasnya. ***