Dewan Energi Desak Jokowi Tunda Kenaikan BBM Rp 3.000

Selasa, 07 Oktober 2014, 09:02 WIB
Dewan Energi Desak Jokowi Tunda Kenaikan BBM Rp 3.000
Jokowi
rmol news logo Pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla diminta  menunda kenaik­an harga BBM subsidi Rp 3.000 per November. Pasalnya, kondisi per­ekonomian sedang tidak sta­bil dengan rupiah lagi anjlok.

Anggota Dewan Energi Na­sional (DEN) Tumiran meminta agar kenaikan diundur dan tidak dilakukan awal pemerintah.

"Jangan dinaikkan dululah, ekonomi masyarakat belum sta­bil karena rupiah anjlok," kata­nya di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, Jokowi masih bi­sa menggunakan cara lain untuk mengurangi subsidi BBM tanpa menaikan harganya. Salah satu­nya dengan tata kelola  distri­bu­si lebih baik yang transparan dan mempercepat konversi BBM ke gas.

Untuk diketahui, sebelumnya tim transisi pemerintahan Joko­wi-JK memastikan bakal me­naikkan harga BBM bersubsidi pada November sebesar Rp 3.000 per liter.

Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Husna Za­hir mengatakan, bagi konsu­men kenaikan harga BBM subsidi tidak masalah selama ada ke­pastian jaminan stok BBM se­telah dinaikkan.

"Yang paling penting itu adalah barangnya ada. Kalau harga di­naikkan kemudian stok­nya masih susah juga sama saja, jadi kepas­tian stok ini yang pa­ling penting," harapnya.

Husna mencontohkan, saat ini nelayan di beberapa wilayah ke­sulitan mendapatkan solar. Pada­hal, harga BBM subsidi hingga kini belum naik. Kendati begitu, dia mengakui, kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 3.000 per liter akan mem­berikan dampak ke masyarakat, meski sifatnya sementara.

Menurutnya, yang harus di­waspadai adalah kenaikan be­berapa harga pangan dan angkut­an umum. Dua hal itu yang men­jadi dampak permanen setiap kali ada kenaikan harga BBM.

Pengamat Ekonomi dari Uni­versitas Indonesia Lana Soelistia­ningsih mengatakan, kenaikan harga BBM subsidi tidak menja­min adanya pengurangan kon­sumsi BBM maupun peralihan dari  kendaraan pribadi ke trans­por­tasi publik.

Ke­naikan harga, kata dia, ha­nya akan mengerek inflasi lebih tinggi, tapi tidak menurunkan kon­­sumsi BBM. "Inflasi pasti naik, tapi konsumsi BBM nggak bisa turun begitu saja. Tetap akan melewati patokan volume BBM subsidi 46 juta kiloliter," katanya.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015, pemerintah dan DPR mem­proyeksikan kuota BBM subsidi sebanyak 46 juta Kl.

Jika harga BBM subsidi naik sebesar Rp 3.000 per liter di awal November 2014, tambah Lana, be­lum tentu masyarakat begitu saja mengurangi konsumsi BBM. "Orang tetap akan mengonsumsi BBM subsidi meskipun harganya naik karena itu lebih baik ketim­bang naik angkutan umum tapi dia nggak merasa nyaman," katanya.

Karena itu, dia mengatakan, penghematan dari kenaikan harga BBM subsidi dialihkan untuk memperbaiki kualitas dan laya­nan transportasi massal. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA