Harga Tebus Kemurahan, Bos Bulog Bilang Pemda Malas Salurkan Raskin

Konsumen Yang Dapat Beras Berkutu Bisa Dikembalikan

Kamis, 04 September 2014, 09:17 WIB
Harga Tebus Kemurahan, Bos Bulog Bilang Pemda Malas Salurkan Raskin
ilustrasi
rmol news logo Perum Badan Urusan Logitik (Bulog) meminta pemerintah menaikkan harga beras untuk rakyat miskin (raskin). Alasannya, selama tujuh tahun harganya tidak naik dan mengganggu distribusi raskin di daerah.

Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengeluhkan rendahnya harga tebus raskin. Apalagi, harga raskin yang dipatok pemerintah sebesar Rp 1.600 per kilogram (kg) sangat jomplang dibanding harga beras pasar.

“Raskin masih sangat diperlukan, tapi yang perlu mendapat perhatian soal harga tebus. Ini terlalu jauh dibanding harga pasar karena harga raskin tidak pernah naik selama tujuh tahun,” ujar Sutarto.

Dia menyarankan pemerintah menyesuaikan harga raskin, meski kenaikan harganya harus melalui persetujuan DPR.

Menurut Sutarto, pemerintah memang menetapkan harga raskin harus 50 persen di bawah harga pasar dan itu sekitar Rp 1.600 per kg. Namun, angka itu untuk hitungan harga pasar beberapa tahun lalu.

Dengan harga raskin yang jauh bawah harga pasar, menjadi salah satu penyebab pemerintah daerah (pemda) malas menyalurkannya.

“Jadi harga tebusnya harus ditinjau ulang karena banyak pemda yang begitu (malas). Makanya saya sering dikomplain dan pada nanya kenapa ada daerah yang tidak mau distribusikan raskin,” ungkapnya.

Terkait temuan ada raskin yang berkutu, Sutarto mengatakan, itu menjadi salah satu fokus pembenahan. Kendati begitu, dia berkilah, kutu yang ditemukan di beras disebabkan penyimpanan yang terlalu lama di dalam gudang.

“Beras yang kita simpan itu dengan jumlah dua juta ton nyetok lebih dari satu tahun,” ujarnya.

Selain itu, panen yang tidak merata menjadi salah satu penyebab lamanya penyimpanan beras di dalam gudang yang memakan waktu hingga satu tahun lebih.

Nah, saat penyimpanan di gudang yang lama itulah tidak menutup kemungkinan beras-beras tersebut akan terkena kutu.

Sutarto juga mengatakan, kutu-kutu tersebut tidak hanya ada saat beras berada di tempat penyimpanan. Bisa juga, kutu itu berasal waktu beras masih di sawah, penggilingan dan proses pengangkutan. Jadi kutu bisa berasal dari mana saja.

Sutarto menambahkan, jika semua pengawasan berjalan dengan baik, seharusnya sudah tidak ada lagi konsumen yang mendapatkan raskin berkutu.

“Misalnya sampai tingkat titik distribusi, kemudian pemda setempat melakukan evaluasi. Ada masalah, kembalikan, kita ganti,” paparnya.

Menurut dia, konsumen harus meneliti raskin yang diterimanya. Jika ada kutunya, beras bisa dikembalikan. Untuk stok beras di gudang, jumlahnya mencapai 1,8 juta ton dan sampai akhir tahun dipatok 2 juta ton.

Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron mengatakan, untuk harga raskin dan komponen lainnya tidak ada perubahan tahun depan.

Menurutnya, harga tebus Rp 1.600 per kg dan diberikan 15 kg per kepala keluarga (KK) disalurkan dalam jangka 12 bulan. Selain itu, pihaknya juga menyetujui anggaran yang diusulkan Bulog sebesar Rp 20,9 triliun untuk tahun depan. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA