Bisnis UKM Tergencet Kenaikan Tarif Listrik & Gas Elpiji 12 Kg

Angkutan Darat Trayek Dalam Kota Kena Imbasnya

Kamis, 04 September 2014, 08:08 WIB
Bisnis UKM Tergencet Kenaikan Tarif Listrik & Gas Elpiji 12 Kg
Gas Elpiji 12 Kg
rmol news logo Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang diberlakukan kembali oleh pemerintah mulai Senin (1/9), memberikan dampak buruk bagi sektor industri kecil dan menengah (IKM). Apalagi, ditambah dengan kenaikan elpiji dan BBM subsidi maka kenaikan harga barang tersebut tidak terhindarkan.

Dirjen IKM Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah mengatakan, kenaikan TDL berpengaruh terhadap sektor IKM. Apalagi, banyak IKM yang sifatnya masih rumahan dan tergantung kepada listrik sebagai sumber energinya.

Menurut dia, meski dengan diberlakukannya kenaikan TDL secara bertahap dampaknya tidak begitu besar tapi tetap saja masyarakat akan merasakan dampaknya itu.

“Dampaknya paling besar untuk industri pakaian atau tekstil. Mereka sangat tergantung kepada listrik,” ujar Euis seusai membuka pameran produksi Jawa Timur di Gedung Kemenperin, Jakarta, kemarin.

Dari hitungan industri, lanjut dia, biaya tambahan yang diakibatkan kenaikan TDL bisa mencapai 7-10 persen. Kondisi itu akan bertambah jika ada kenaikan harga elpiji 12 kg dan BBM subsidi.

Euis menilai, kenaikan harga elpiji 12 kg dampaknya sangat besar bagi IKM makanan. Sementara, kenaikan BBM subsidi juga akan memberikan dampak bagi semua IKM, khususnya pada kenaikan harga barang dan transportasi.

Terkait kelangkaan BBM subsidi pekan lalu, Euis mengaku hal itu sangat berdampak pada IKM di Pulau Jawa. Sedangkan untuk wilayah Jabodetabek masih aman.

Kendati begitu, Euis mengklaim target pertumbuhan IKM hingga akhir tahun diprediksi mencapai 7,3 persen. Angka itu melebihi target pemerintah.  “Angka ini sudah memperhitungkan dampak TDL dan elpiji,” katanya.

Sementara itu, Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat menegaskan, Presiden SBY tidak akan menaikkan harga BBM subsidi hingga akhir masa jabatannya pada 20 Oktober nanti. Alasannya, kenaikan harga dinilai belum tepat karena sebelumnya sudah ada kenaikan harga beberapa komoditas.

“Tahun ini berturut-turut sudah ada kenaikan harga barang seperti elpiji, tarif dasar listrik. Itu jadi salah satu pertimbangan pemerintah,” kata politisi Golkar ini.

Dengan dengan pertimbangan itu, Pemerintahan SBY tidak ingin membebani masyarakat lagi pada tahun ini. Karena itu, nanti yang menaikkan harga BBM subsidi giliran pemerintah yang baru.

Jika pemerintah baru ingin menaikkan harga BBM subsidi, Hidayat berharap, Jokowi-Jusuf Kalla melakukannya dengan bertahap. Langkah ini untuk menekan laju inflasi yang berlebihan.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, dampak inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi akan berlangsung selama satu tahun.

Menurut Sasmito, angkutan darat trayek dalam kota akan terkena dampak langsung kenaikan harga BBM. Namun, dalam dua bulan berikutnya, pengguna angkutan ini akan menyesuaikan diri.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan, potensi risiko inflasi masih akan terjadi pada semester II 2014.

Dia menilai, potensi itu akibat dari kenaikan harga gas elpiji 12 kg, meningkatnya harga pangan akibat el nino dan dampak dari pengendalian konsumsi BBM bersubsidi. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA