Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kemenperin Imam Haryono mengatakan, sampai 2013 terdapat 36 rencana pembangunan kawasan industri. Namun, yang punya dokumen perencanaan hanya 32 kawasan.
“Dari 32 itu target moderat kawasan industri yang harus dibangun empat kawasan, tetapi kami bisa kejar sampai sebelas kawasan industri,†ujarnya di Jakarta, kemarin.
Imam menyebut, empat wilayah utama seluruhnya berada di luar Pulau Jawa. Wilayah itu antara lain, Bintuni di Papua Barat, Halmahera Timur di Maluku Utara, Morowali di Sulawesi Tengah dan Bantaeng di Sulawesi Selatan.
Pengembangan kawasan industri di luar Pulau Jawa secara umum fokus kepada basis sumber daya alam unggulan yang ada wilayah setempat. Kemudian basis sumber daya alam ini dijadikan bekal untuk pembangunan industri pengolahan.
Dia mencontohkan, kawasan industri Bintuni berbasis gas alam lantas dikembangkan industri petrokimia dan pupuk di sana. Kawasan industri Morowali yang berbasis nikel dikembangkan industri ferronikel hingga
stainless steel. “Sebelas kawasan industri bisa dikejar asalkan minimal faktor pemungkinnya tersedia, yakni terkait infrastruktur. Misalnya pelabuhan, jalur transportasi, pembangkit listriknya dan lain-lain,†tegasnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi berpendapat, untuk mendorong perluasan dan perkembangan kawasan industri di luar Pulau Jawa diperlukan insentif non fiskal. Pasalnya, kendala klasik yang terus menahan laju pertumbuhan industri di luar Jawa adalah ketersediaan infrastruktur.
“Jaminan perbaikan terhadap bidang ini sama dengan rangsangan non fiskal. Karena semua infrastruktur ada di Jawa maka pengusaha terkonsentrasi di sini. Di luar Jawa infrastruktur belum siap,†tuturnya.
Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia Sanny Iskandar mengatakan, sejatinya ketersediaan lahan untuk kawasan industri lebih banyak di luar Pulau Jawa. Tapi minimnya ketersediaan infrastruktur dan ketidakjelasan rancangan tata ruang membuat investor enggan masuk ke wilayah tersebut. ***