Karen dianggap membawa Pertamina ke peringkat 122 Fortune Global. Selain itu Karen juga tercatat sebagai salah satu dari 50 perempuan berpengaruh versi Fortune pada 2012.
Ketua Presidium Pusat jaringan Indonesia, Ade Andriansa, menilai prestasi Karen tidaklah berbanding lurus dengan kegagalan PT Pertamina mendongkrak usahanya selama beberapa tahun terakhir ini. Setidaknya, ada lima kegagalan Karen dalam memimpin Pertamina.
"Impor minyak membengka. Pada tahun lalu impor minyak mentah dan BBM naik 27 persen menjadi 16 juta ton dari 12,5 juta ton pada 2012," kata dia kepada redaksi (Selasa, 19/8).
Selain itu, lanjut dia, Karen juga gagal memenuhi target produksi minyak. Produksi minyak pada 2014 hanya 254 ribu barel per hari atau 90,6 persen dari target yang ditetapkan 280,2 ribu barel per hari. Di bawah kendali Karen, Pertamina mengalami kerugian dari bisnis penjualan gas elpiji tabung 12 kilogram sebesar Rp 6 triliun.
Kemudian, kerugian juga dialami dari penjualan solar kepada PT PLN. Dari penjualan solar ke PLN, Pertamina mengalami kerugian sangat fantastis, sebesar 45 juta dolar AS atau sekitar Rp 495 miliar.
"Kegagalan lainnya, kapasitas kilang minyak tak bertambah," papar dia.
[dem]
BERITA TERKAIT: