“Kontrak terbesar didapat dari proyek Bandara Timor Leste senilai Rp 643 miliar. Perseroan menargetkan mendapatkan nilai kontrak baru mencapai Rp 18 triliun di tahun ini,†kata Sekretaris Perusahaan Waskita Karya Haris Gunawan.
Selain proyek di Timor Leste, perseroan juga mendapat kontrak dari proyek pembangunan jembatan di Balikpapan senilai Rp 226 miliar. Kemudian, irigasi Sei Belutu di wilayah Sulawesi Rp 141 miliar, pembangunan Gedung UMS senilai Rp 155 miliar dan pembangunan Rumah Sakit Umum Jakarta Selatan senilai Rp 125 miliar.
Di kuartal pertama ini nilai kontrak baru memang tak terlalu besar. Biasanya, nilai kontrak baru akan banyak terjadi di kuartal tiga.
Haris mengatakan, perseroan juga sedang mengincar proyek jalan tol dengan nilai kontrak yang lumayan jumbo. “Namun belum bisa disebutkan detailnya,†ujar dia.
Tahun ini, perseroan juga tengah mengerjakan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) dengan nilai investasi Rp 180 miliar. Proyek yang sudah mulai digarap adalah mini hidro di Solok, Sumatera Barat berkapasitas 2x4 Megawatt (MW).
Pendanaannya sebesar 80 persen akan berasal dari pinjaman dan sisanya dari kas internal. Namun, sumbangan dari PLTM belum besar. PLTM termasuk dalam proyek Engineering Procurement and Construction (EPC). Tahun ini, perseroan agak menahan ekspansi di proyek EPC lantaran kondisi ekonomi yang belum stabil.
Tahun ini Waskita Karya menganggarkan belanja modal Rp 860 miliar. Tadinya, perseroan berharap bisa menerbitkan obligasi dengan skema Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) sebesar Rp 1 triliun. Penerbitan tahap pertama sebesar Rp 300 miliar direncanakan Juni. Namun rencana itu mesti mundur lantaran berdekatan dengan Pemilu.
Terlebih, saat ini kupon indikatif obligasi telah berada di atas batas rata-rata bunga pinjaman perseroan. ***