Dirjen KKP Kesal Ada Yang Main-main Impor Garam

Jadi Komoditas Strategis

Senin, 24 Februari 2014, 09:56 WIB
Dirjen KKP Kesal Ada Yang Main-main Impor Garam
ilustrasi
RMOL. Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sudirman Saad mengungkapkan, ada yang bermain dalam impor garam. Pasalnya, produksi garam dalam negeri sudah mencukupi.

“Indonesia mampu lanjutkan swasembada garam. Untuk itu kita tutup kran impor garam kon­sumsi tahun ini,” ujar Sudirman.

Dia meyakinkan, garam konsumsi Indonesia sudah bisa memenuhi kebutuhan di dalam ne­geri. Bahkan, mengalami kelebihan stok garam konsumsi satu juta ton pada 2012, serta kele­bihan 1,5 juta ton pada 2013. “Tapi untuk garam industri masih boleh diimpor,” katanya.

Dia mencatat, impor garam untuk industri mencapai 255.000 ton pada 2013. Sementara, tahun ini hingga Februari sudah men­capai 135.000 ton.

 Sudirman mengungkapkan, hingga saat ini belum ada kese­pakatan resmi dengan Kemen­terian Perdagangan dan Kemen­terian Perindustrian mengenai impor garam tersebut menjadi garam industri. Jika garam diim­por sebagai garam industri, perlakuan harus berbeda karena bea masuk garam konsumsi nol.

Menurutnya, selama ini garam industri diimpor melalui jalur konsumsi. “Ketika Presi­den dan Wapres menyatakan swa­sembada, ternyata masih ada yang main-main. Kementerian Perda­gangan dan Kementerian Per­industrian harus membahas hal ini,” katanya.

Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex SW Retrau­bun mengatakan, garam sudah menjadi komoditas politik karena menyangkut kepentingan bangsa. “Banyak orang yang ribut-ribut karena impor garam lantaran banyak kepentingan di dalam­nya,” kata Alex.

Menurat dia, garam merupakan komoditas strategis karena semua orang mengkonsumsinya antara lain di industri pangan, kosmetik dan farmasi. Karena itu, banyak orang berlomba-lomba men­dapat­kan keuntungan dari impor garam ini daripada mendirikan industri.

Sekretaris Jenderal Koalisi Rak­yat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Abdul Halim mendesak pemerintah mengoreksi kuota impor garam yang dinilai masih sangat tinggi.

Tingginya impor garam dapat dilihat dari rilis data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Menurut data BPS, impor garam sepanjang Januari-November 2013 sebesar 1,852 juta ton atau senilai 85,6 juta dolar AS.

Garam tersebut, sebagian besar didatangkan dari Australia sebesar 128,7 ribu ton atau 5,73 juta dolar AS dan Selandia Baru 143 ton atau 60,3 juta dolar AS.

Padahal, kata dia, berdasarkan temuan Pusat Data dan Informasi Kiara (Agustus 2013) produksi garam nasional mengalami kenaikan, di antaranya dari tahun 2011 sebesar 1,621,594 ton menjadi 2,473,716 ton pada 2012. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA