Sekretaris Perusahaan WIKA Natal Argawan Pardede menjelaskan, transaksi tersebut untuk mendukung pengembangan dan diversifikasi bisnis jasa konstruksi, jasa EPC-mekanikal elektrikal, produksi beton dan produk ralti. Tujuannya, untuk menunjang kelangsungan dan pertumbuhan bisnis perseroan.
“Perseroan berkepentingan mengambilalih SAKA yang memiliki bisnis inti di bidang pertambangan aspal Buton. SAKA juga telah memiliki jaringan distribusi untuk pasar dalam negeri dan luar negeri,†ujar Natal.
Untuk itu, WIKA telah mempersiapkan rencana pembangunan plant pada lahan yang telah dimiliki seluas 30 hektar di Lawele, Pulau Buton. Plant tersebut berhasil memproduksi ekstraksi aspal buton (bitumen) dalam skala mini plant. ,
Plant untuk ekstrasi bitumen tersebut didesain memiliki kapasitas 50 ribu ton per tahun. Pembangunan pabrik aspal alam itu rencananya dalam 1 tahun dan bisa berproduksi mulai tahun 2015.
Tentunya, dengan akuisisi saham SAKA akan membantu meningkatkan kinerja perseroan tahun ini. Pasalnya, perseroan menargetkan sekitar 50 persen dari nilai kontrak pada tahun 2014 berasal dari proyek-proyek sipil.
“Target kontrak WIKA sekitar Rp 20 trilliun, untuk kontrak sipilnya sekitar Rp 9 trilliunâ€, ujar Direktur WIKA Budi Harto.
Tahun ini, ada empat pilar utama yang menjadi konsentrasi perseroan yaitu kontruksi, sipil, gedung dan energi. Budi menyebutkan, yang diincar perseroan untuk proyek sipil bagi pendapatannya seperti MRT dan proyek-proyek Kementrian Pekerjaan Umum (PU).
Dalam mengembangkan usahanya di tahun ini, perseroan berencana mengucurkan investasi sekitar Rp 1,8 trilliun. Dengan komposisi investasinya Rp 600 milliar dari modal sendiri, sisanya akan diperoleh dari pinjaman.
Nantinya, dana tersebut akan digunakan untuk membiayai pembebasan tanah untuk pemukiman sebesar Rp 150 milliar, pembangunan pelabuhan Rp 50 milliar, investasi dalam sektor air minum Rp 100 miliar, dan energi Rp 100 milliar. Sedangkan sisanya untuk pembiayaan peralatan kontruksi. ***