Dirjen Basis Industri Manufaktur Kemenperin Benny Wachyudi mengatakan, pasokan energi dan bahan baku lokal belum bisa mencukupi kebutuhan pasokan industri baja dalam negeri.
Alhasil, industri masih mengimpornya, termasuk bahan baku scrap. Padahal, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan bijih besi di Indonesia mencapai 1,7 miliar ton yang tersebar di Sumatera, kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
“Kita terus mendorong program hilirisasi industri mineral untuk meningkatkan daya saing industri baja,†katanya dalam acara Munas ke-2
Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) di Jakarta, kemarin.
Ketua Umum IISIA Fazwar Bujang mengatakan, untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri, industri besi dan baja nasional masih mengalami ketimpangan di hulu dan hilir. “Pertumbuhan pasar cepat, baik dari segi kuantitas maupun jenis. Namun industri besi dan baja belum sekuat yang diharapkan. Kebanyakan industri baja di Indonesia masih lemah di hulu,†ujarnya.
Fazwar juga meminta agar peta industri besi baja nasional untuk menghadapi
ASEAN Economic Community (AEC) 2015 memperkuat struktur industri besi baja nasional.
Karena itu, diperlukan akselerasi dan dukungan dari pemerintah. Salah satunya melalui fasilitas perbankan dari sisi permodalan.
Sedangkan di hilir, pemerinah perlu membuat kebijakan untuk mendorong masyarakat menggunakan produk besi dan baja dalam negeri.
Ketua Panitia Munas IISIA Setiawan Surakusuma mengatakan, untuk bisa bersaing di pasar terbuka diperlukan peningkatan daya saing. Hal itu bisa diperoleh dengan memaksimalkan utilisasi kapasitas dari industri besi dan baja.
“Jika ada kebijakan pemerintah untuk mendorong pemakaian besi dan baja Indonesia dalam proyek di dalam negeri akan meningkatkan utilisasi dan memberikan
cost efficiency yang akhirnya meningkatkan daya saing, setidaknya di Kawasan ASEAN,†jelasnya.
Di 2012, kata dia, permintaan baja di tingkat nasional mencapai 13 juta ton per tahun. Artinya, jika di rata-rata konsumsi baja nasional adalah 40 kilogram per kapita per tahun. Angka ini masih sangat jauh dibandingkan tingkat konsumsi baja di negara-negara maju yang rata-rata 600 kilogram per kapita pertahun. Namun, pihaknya memproyeksikan konsumsi baja nasional akan meningkat menjadi 100 kilogram per kapita per tahun di 2020.
Jika dihitung berdasarkan jumlah penduduk Indonesia 250 juta jiwa, maka total konsumsi baja nasional saat 2020 adalah 25 juta ton per tahun. ***