Kacau, UMKM Tersandera Pasokan Energi Dan Kurangnya Bahan Baku

Jumat, 18 Oktober 2013, 10:25 WIB
Kacau, UMKM Tersandera Pasokan Energi Dan Kurangnya Bahan Baku
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
rmol news logo Dukungan pemerintah ma­­sih kurang menciptakan ekosistem dunia usaha yang kon­dusif. Padahal, bangsa yang hendak mengarah ke negara maju harus me­ning­kat­kan jumlah pengusaha.

Pengamat ekonomi Aviliani menilai, upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengem­bangkan dunia usaha, khu­susnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), be­lum optimal.

“Hingga saat ini pelaku UMKM masih tersandera per­ma­salahan pasokan energi se­perti listrik dan gas sampai ke­langkaan bahan baku. Sa­ngat kacau, usaha kecil me­ngeluh listrik mati, gas ku­rang, bahan baku kurang, itu kan nggak konsisten,” kata­nya saat diskusi publik me­ngenai Ge­liat UMKM di Te­ngah Su­ku Bu­nga Tinggi di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, belum opti­mal­nya dukungan pemerintah juga terlihat dari daya saing UMKM Indonesia yang ter­golong rendah. Di kawasan Asia Tenggara, UMKM In­donesia berada di bawah Fili­pina, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Dalam lingkup lebih luas kalah dibandingkan Jepang, Korea Selatan, China dan Hong Kong.

Peringkat daya saing global Indonesia versi World Econo­mic Forum (WEF) be
r­ada di posisi keenam atau di bawah Thailand, Brunei Darussalam, Malaysia dan Singapura.

Aviliani mengatakan, pe­me­rintah bisa meniru upaya yang dilakukan Pemerintah Thai­land dalam me­ngem­bangkan UMKM. Thai­land menerapkan kebi­jakan satu produk per ke­camatan, se­hingga masing-ma­sing wila­yah mempunyai pro­duk ung­gulan yang berbeda.

Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) itu me­nga­takan, 2015 akan menjadi ta­hun berat dan ketat bagi UMKM dalam negeri karena memasuki perdagangan bebas ASEAN atau ASEAN Eco­nomic Community (AEC).

Sementara negara-negara ASEAN lain terus berusaha melindungi UMKM-nya dari serbuan produk yang sama dari negara lain, salah satunya dengan membuat hambatan masuk.

Aviliani berharap, Ke­men­terian Koperasi dan UKM ke depannya tidak hanya fokus pada pembiayaan, tapi juga bagaimana membangun part­nership UMKM.

Dia juga menyinggung soal tingginya suku bunga bank yang membuat pelaku UMKM ke­sulitan mengembangkan roda bisnisnya, sehingga sulit ber­saing dengan produk-pro­duk luar negeri.

Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Aris Yunanto mengatakan, pe­merintah selaku pemegang ke­bijakan saat ini harus men­carikan skema yang tepat gu­na menjembatani faktor kebu­tuhan UMKM. Salah satunya lewat subsidi bunga.

“Pemerintah perlu meng­ubah sistem bantuan dalam KUR (kredit usaha rakyat) yang semula bersifat collate­ral menjadi sistem subsidi bu­nga,” saran Aris. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA