Anggota Komisi VII DPR Dewi Aryani menilai, masalah menÂdaÂsar yang terjadi saat ini adalah tiÂdak transparannya cost producÂtion BBM yang akhir-akhir ini menjadi sorotan seluruh masyaÂrakat InÂdonesia. Hal ini diÂanggap sebagai peÂmicu memÂbengÂkaknya biaya produksi.
NaÂmun, bengkakÂnya biaya proÂduksi seharusnya bisa dijeÂlaskan secara menyeluÂruh. TerÂutama baÂgaimana cara mengÂhitung komÂpoÂnen harga dasar bahan bakuÂnya. SeÂbab, harus dapat dibedaÂkan baÂhan baku yang diperoleh dari imÂpor dan bahan baku dari dalam negeri.
“Pemerintah seharusnya menÂjeÂlaskan kepada rakyat secara gamÂÂblang. Rakyat jangan hanya mendapat info soal beratnya neÂgara mengelola keuangan meÂlainkan harus dijelaskan juga baÂgaimana negara mengatur peneÂrimaan dari sumber lain,†jelas Dewi kepada Rakyat MerÂdeka di Jakarta, Kamis (8/3).
Menurut dia, buku besar lapoÂran keuangan Pertamina melalui Menteri Keuangan harus diaudit ulang dan dianalisa secara meÂnyeluruh. Hal itu akan menghaÂsilÂkan keterbukaan dan bisa menÂjadi dasar perbaikan.
Pernyataan pemerintah melalui Wakil MenÂteri Keuangan yang ditayangkan di televisi menyeÂbutkan bahwa negara defisit seÂkitar 3 persen. Alasan ini tidak masuk akal untuk menaikkan harga BBM subsidi.
“Dalam standar internasional, defisit 3 persen masih diÂanggap batas normal dan tidak membuat negara bangkrut. Jadi kenaikan harga BBM tidak perlu,†tegas politisi PDIP itu.
Dia juga ragu terhadap perÂnyaÂtaan pemerintah yang optiÂmistis mampu mengimbangi perÂtumÂbuhan ekonomi melalui inÂvesÂtasi. Dikatakan, perekonoÂmian dan investasi yang sedang memÂbaik hanya berupa portoÂfolio di atas kertas. Nyatanya, ekoÂÂnomi kerakÂyatan sedang lesu dan harga-harga melambung. Selain itu, koÂmoditas ekspor juga anjlok.
Anggota Komisi VII DPR Dito Ganinduto meÂngaku belum meÂmutuskan apaÂkah akan meÂnerima usulan keÂnaikÂan harga BBM subÂsidi. Dia ingin meÂngetahui pemaÂparan leÂbih detail terkait pengaÂruh keÂnaikan harga BBM terhaÂdap masÂyarakat. Pihaknya juga akan meÂnanyakan dampak terÂhadap faktor keÂmiskinan.
“Kita akan bertemu dengan peÂmerintah pada hari Senin (12/3) dan akan kita tanyakan dulu. Mungkin Rabu (14/3), baru frakÂsi akan mengambil sikap,†ujar Dito kepada Rakyat Merdeka, Kamis (8/3). Dia memprediksi akan terÂjadi revisi pertumbuhan ekoÂnomi pada APBN-P.
Sementara Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, pemerintah melakukan kebijakan pemotongan anggaran belanja untuk semua K/L yang saat ini berjumlah 117 K/L.
Tujuannya, unÂtuk mengkomÂpensasi pelebaÂran defisit anggarÂan dari 1,5 perÂsen dari PDB menÂjadi 2,23 persen dari ProÂduk DoÂmestik Bruto (PDB). [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: