KPK dalam bahaya. Jika isu mantan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang diduga korupsi diperas KPK 1 miliar dolar Singapura benar, maka hancur penegakan korupsi. Sebab, KPK didirikan 2003 akibat Polri dan Kejaksaan dinilai kurang bisa.
Isu ini santer, terus bergulir, dan ditunggangi politisi demi meraih kekuasaan. Atau bisa jadi, isu ini karya si penunggang itu. Sebab, Syahrul kader Partai Nasdem. Berbagai spekulasi beredar di masyarakat.
Awal mula isu, ketika beredar di kalangan wartawan, surat panggilan dari Polda Metro Jaya yang ditujukan pada Panji Harianto dan Heri selaku ajudan dan sopir Syahrul Yasin Limpo.
Mereka dipanggil Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, 28 Agustus 2023. Dalam surat tertera, untuk dimintai keterangan tindak pidana korupsi berupa pemerasan yang dilakukan pimpinan KPK. Tapi tidak disebut identitas pimpinan KPK.
Tidak jelas, bagaimana surat panggilan itu bisa beredar? Tahu-tahu sudah menyebar. Kemudian beredar foto Ketua KPK, Firli Bahuri duduk berhadapan dengan Syahrul Yasin Limpo. Di lapangan bulu tangkis. Firli masih mengenakan kaos olahraga dan celana pendek. Syahrul berjaket, celana jeans.
Lalu beredar angka 1 miliar dolar Singapura (sekitar Rp 11,47 triliun). Katanya, sebagai permintaan uang sogok dari KPK kepada Syahrul, yang diduga korupsi dan akan dijadikan tersangka.
Angka itu pun mengherankan. Kalau uang sogoknya segitu, berapa nilai korupsinya? Sebaliknya, seumpama diisukan nilai uangnya kecil, juga meragukan. Mestinya yang sedang-sedang saja.
Ketua KPK, Firli Bahuri sudah membantah isu tersebut. Firli kepada wartawan di gedung KPK, Jakarta Selatan, Kamis (5/10) mengatakan:
"Saya kira nggak ada orang-orang menemui saya. Apalagi ada isu sejumlah 1 miliar dolar Singapura. Saya pastikan nggak ada. Bawanya uang itu saja berat itu. Kedua, siapa yang mau kasih itu?”
Firli mengatakan, banyak orang mengaku KPK bertujuan memeras.
"Beberapa waktu lalu saya cek dengan Mas Ali (Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri), beberapa kali terjadi penyalahgunaan foto mengatasnamakan pimpinan KPK dan menghubungi kepala daerah, bahkan menteri untuk meminta sesuatu.”
Soal foto Firli bersama Syahrul juga dibantah Firli. “Tidak ada. Kami aparat KPK tidak akan menemui tersangka atau calon tersangka. Sudah jadi aturan yang pasti.”
Tapi, sudah ada pengaduan masyarakat ke Polda Metro Jaya soal ini. Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Ade Safri Simanjuntak kepada wartawan, Kamis (5/10) mengatakan, pengaduan masyarakat soal ini diterima Polda Metro Jaya, 12 Agustus 2023.
Lantas, 15 Agustus 2023, Polda Metro Jaya menerbitkan surat perintah pulbaket (pengumpulan bahan keterangan) terkait pengaduan masyarakat dimaksud. Selanjutnya, 21 Agustus 2023 diterbitkan surat perintah penyelidikan. Terbaru, naik ke penyidikan.
Kombes Ade: "Termasuk salah satunya menteri pertanian RI. Beliau dimintai keterangan sebanyak 3 kali, hari ini yang ketiga kalinya beliau diminta klarifikasi atas dugaan tindak pidana yang terjadi.”
Ternyata ini sangat serius. KPK di ujung tanduk. Dalam Bahasa Surabaya sudah kiwir-kiwir. Hampir putus. Kreeek…
Soal foto Ketua KPK Firli duduk berhadapan dengan Syahrul sedang diselidiki polisi. Apakah itu benar, ataukah rekayasa foto.
Soal foto ada saksinya. Yakni, mantan pebulu tangkis Indonesia, Eddy Hartono. Ia berada di lapangan bulu tangkis di tempat foto Firli bersama Syahrul itu. Ia juga saksi mata pertemuan di foto itu. Ia menceritakan detil, begini:
"Foto itu kejadiannya tahun 2022. Bulannya saya lupa, tapi yang jelas di bawah April. Karena patokan saya, satu yang lawan mainnya Pak Firli masih main, karena April ia ke Amerika. Artinya antara Maret atau Februari (2022)."
Ada dua foto Firli dan Syahrul yang beredar. Foto pertama, hanya ada Firli dan Syahrul dalam satu frame. Pada foto itu, Firli mengenakan pakaian saat main bulutangkis. Sementara Syahrul mengenakan kemeja, berjaket dan celana jins. Di kursi yang mereka duduki juga tersaji jagung dan dua gelas.
Foto kedua, ada tiga orang dalam satu frame. Firli, Syahrul dan seorang pengajar di salah satu lembaga pendidikan nasional.
Di foto kedua, Firli mengenakan pakaian untuk badminton, Syahrul mengenakan jaket. Belum ada dua gelas dan sajian jagung di meja mereka. Diduga gelas itu disiapkan saat Firli dan SYL bertemu empat mata.
Kembali ke kesaksian Eddy. Dia mengatakan memang Firli kerap bermain bersama setiap seminggu dua kali. Sebelum SYL datang, Firli main bulu tangkis berpasangan dengan Trikus Heryanto melawan Didit Juang dan Dwiky.
Eddy: "Waktu itu (di foto viral itu) kita main di (GOR). Sekitar pukul 18.00 WIB. Pak Firli pas main berpasangan sama Trikus. Lawan mereka adalah pasangan Didit sama Dwiky. Mereka main. Terus, ada Pak Menteri (Syahrul Yasin Limpo) datang. Didampingi dua orang laki. Beliau datang terus ngasih tangan (melambaikan tangan) ke semua pemain. Sedangkan Pak Firli masih main di lapangan. Setelah selesai main, beliau duduk di bangku di pinggir lapangan. Lalu ditemui Pak Menteri. Nah, itulah fotonya yang beredar.”
Dilanjut: “Mereka ngobrol, ada banyak orang. Ada 15 orang main bareng Pak Firli. Beliau-beliau ngobrol sekitar 15 menit, kemudian Pak Firli main lagi di lapangan.”
Ketika Firli dan Syahrul ngobrol, Eddy dan belasan orang lainnya berada di dekat mereka. Eddy juga mendengar pembicaraan mereka. Jarak antar mereka dengan Firli dan Syahrul tak sampai tiga meter.
"Jarak antara saya dengan beliau-beliau sekitar tiga meter. Itu kan tempat duduk umum, terbuat dari ubin panjang. Saya ada di ujung situ. Barisan itu saya di sebelah kirinya Pak Menteri. Saya ada di situ, duduk di situ. Ngomongnya juga kadang saya dengar, kadang nggak. Karena saya tidak nguping pembicaraan.”
Dari penjelasan Eddy ini bisa disimpulkan, bukan Firli menemui Syahrul. Melainkan Syahrul datang ke tempat latihan bulu tangkis, yang saat itu ada Firli Bahuri. Entah itu kebetulan atau tidak.
Kombes Ade Safri mengatakan, pengaduan masyarakat soal pemerasan adalah terkait penanganan perkara dugaan korupsi di Kementerian Pertanian pada 2021.
Maka, jika foto di Firli dan Syahrul itu benar terjadi antara Februari atau Maret 2022 (seperti kata Eddy Hartono) maka, ketika pertemuan itu Syahrul selaku Menteri Pertanian saat itu, sedang dalam pantauan KPK. Tepatnya, kementerian yang dipimpin Syahrul sedang diperiksa KPK.
Perkara dugaan pemerasan ini ditanya wartawan ke Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jumat (6/10). Jawab Jokowi pendek saja: "Enggak tahu, ditanyakan saja kepada aparat penegak hukum, KPK atau ke kepolisian.”
Wartawan tanya pula ke Menko Polhukam, Mahfud MD, seusai Mahfud mengisi kuliah umum di University Club (UC) UGM, Sleman, DIY, Jumat (6/10). Dijawab Mahfud begini:
"Ya… ditanyakan ke sana, yang menyiarkan pemerasan itu kan yang bersangkutan, bukan saya. Ditanyakan saja ke sana.”
Dugaan pemerasan ini masih diselidiki Polda Metro Jaya, belum disidik. Kalau disidik, ada tersangka. Polisi bertindak sangat hati-hati. Ini peristiwa sangat penting Indonesia. Dilarang salah penanganan.
Seandainya dugaan itu terbukti, dan menimpa Ketua KPK, sangat berat kondisi Indonesia. Kondisi sekarang pun korupsi merajalela. Apalagi kalau itu terbukti. Rusak parah.
Penulis adalah wartawan senior