Presiden Kolombia, Gustavo Petro/Net
Hubungan antara Presiden Kolombia Gustavo Petro dan sebagian besar pensiunan perwira Angkatan Bersenjata di negara itu tengah berada pada titik terendah.
Baru-baru ini, presiden sayap kiri itu membunyikan lonceng alarm tentang rencana kudeta yang akan dilakukan mantan perwira terhadapnya dengan berbicara di hadapan para petani, saat acara penyerahan kembali tanah mereka yang dirampas.
“Untuk pertama kalinya ada seorang presiden yang, alih-alih mencoba mengambil tanah dari petani untuk disimpan atau memberikannya kepada teman-temannya, dia malah mencoba mengembalikan tanah itu. Dan sekarang beberapa mantan kolonel mengatakan bahwa ia layak mendapat kudeta? Kudeta ini ditentang dan diatasi melalui mobilisasi warga,” ujar Petro yang mengacu pada pernyataan seorang mantan perwira yang akan menggulingkannya.
Berdasarkan laporan yang dimuat
Eurasia Review, Kamis (18/5), pekan lalu pensiunan Kolonel Angkatan Darat, John Marulanda, memobilisasi sekitar 3000 pensiunan militer ke Plaza Bolivar, untuk melawan pemerintahan Petro.
Menurut Marulanda dalam pernyataannya, mobilisasi pensiunan anggota militer itu adalah tanda bahwa Kolombia dapat mengikuti langkah Peru yang pasukan cadangannya berhasil mencopot presidennya yang korup.
“Di sini kami akan melakukan yang terbaik untuk melawan seseorang yang merupakan pejuang gerilya,” ujarnya yang mengarah kepada Petro, yang menjadi mantan gerilyawan Kolombia.
Marulanda secara khusus mengkritik kebijakan-kebijakan baru dari presiden sayap kiri itu, khususnya rencana "Perdamaian Total” yang akan dilakukan pemerintahan Petro untuk terlibat dalam pembicaraan damai dan negosiasi dengan banyak kelompok bersenjata, serta menetapkan beberapa gencatan senjata bilateral.
Marulanda juga mempermasalahkan reformasi progresif yang dipromosikan oleh Petro dan anggota Pakta Bersejarah, seperti reformasi perawatan kesehatan dan reformasi tenaga kerja.
Banyak orang dalam mobilisasi tersebut menuntut "Keluarkan Petro!" dan secara khusus menentang kepemimpinannya karena ia merupakan mantan anggota kelompok gerilya, yang menjamur di Kolombia.
Menanggapi hal tersebut, Petro menuding bahwa pensiunan militer itu hanya takut bahwa pemerintahannya akan mengakhiri impunitas di negaranya.