Berita

Ilustrasi janin hasil hasil aborsi/Net

Dahlan Iskan

Imam Trump

RABU, 29 JUNI 2022 | 05:23 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

PUTUSAN itu tebalnya 213 halaman. Proses sidangnya 6 bulan. Begitu diumumkan Jumat lalu hebohnya bukan main.

Maklum, soal aborsi: boleh atau tidak.

Putusannya: terserah negara bagian.


Maka mantan Presiden Donald Trump jadi pahlawan.

Rezeki Trump.

Di masa jabatannya–yang hanya 4 tahun– ada tiga kursi hakim agung kosong. Ia angkatlah tiga hakim baru. Semuanya beraliran konservatif.

Tidak semua Presiden AS punya nasib begitu baik. Presiden tidak bisa mengganti hakim agung federal. Jabatan itu seumur hidup. Ia presiden hanya bisa mengisi kalau ada yang meninggal. Atau mengundurkan diri.

Di Mahkamah Agung lah ''pertempuran'' soal aborsi terjadi. Selama 50 tahun terakhir. Gegap gempita. Antara kubu liberal (Demokrat) lawan konservatif (Republik). Yakni sejak MA memutuskan kasus yang terjadi di Texas di tahun 1972.

Waktu itu ada seorang janda hamil. Dia mau gugurkan kandungan. Tidak berani. Di Texas menggugurkan kandungan dianggap melanggar hukum.

Sang janda menggugat peraturan itu. Ia menang.

Mahkamah Agung memutuskan: itu hak sang janda untuk menentukan apa yang terbaik untuk dirinyi.

Mahkamah Agung, kala itu, merasa berhak memutuskan itu. Inti gugatan sang janda dianggap masalah konstitusi negara yang harus ditegakkan: hak individu warga negara harus dijunjung tinggi.

Berarti sang janda bisa melakukan aborsi. Tapi telat.

Saat putusan itu terbit bayinyi sudah berusia 3 tahun. Sebenarnya, sambil menunggu putusan itu sang janda terpikir untuk ke California. Yakni untuk melakukan aborsi di sana. Di negara bagian itu oborsi diperbolehkan tanpa syarat apa-apa.

Nama sang janda kini banyak disebut lagi di media. Putusan itu dibatalkan. Dia tidak akan tahu. Dia sudah meninggal dunia.

Sejak putusan tahun 1972 itu, golongan konservatif merasa dikalahkan. Mereka ini golongan yang lebih religius. Ajaran agama melarang aborsi.

Mereka kalah. Mereka tidak menyerah. Mereka pun meningkatkan perjuangan. Di berbagai sektor.

Setiap menjelang Pilpres para aktivis anti aborsi pilih-pilih: akan mendukung capres yang mana. Pasti yang dari Partai Republik, tapi yang siapa. Yakni yang punya komitmen mendukung perjuangan anti-aborsi.

Di tahun 2012 mereka menemukan Donald Trump.

"Kita kan tidak tahu Trump. Latar belakangnya juga tidak jelas. Tapi ternyata ia mau berjanji komit atas perjuangan anti-aborsi," ujar seorang tokoh aktivis di sana.

Dari pengalaman para aktivis itu bisa diketahui bahwa banyak capres Republik yang takut memberikan komitmen bidang aborsi ini. Mereka takut kehilangan suara. Sedang Trump kelihatan mantap.

Trump terpilih di tahun 2014.

Kini Trump dielu-elukan di kelompok konservatif. Apalagi keadaan ekonomi sepeninggalnya terus memburuk. Di zaman Joe Biden ini inflasi melejit. Mengalahkan masa siapa pun selama 50 tahun. Harga BBM dua kali lipat dari zaman Trump. Ancaman resesi di depan mata.

Liberal mati angin. Kubu liberal meradang. Demo terjadi di seluruh Amerika. Demo damai. Mereka sangat khawatir putusan ini akan memengaruhi Pemilu legislatif bulan November depan. Kini Demokrat masih menguasai Kongres. Jangan-jangan hasil Pemilu November nanti membalikkan keadaan.

Sedih dan gembira. Demokrat dan Republik.

Negara-negara bagian yang selama ini sudah melarang aborsi bersiap menerapkan sanksi hukum bagi pelanggarnya.

Bukan hanya pelaku tapi juga dokter dan perawatnya. Ada lima negara bagian yang melarang total aborsi: Texas, tetangga terdekatnya, Louisiana. dan Oklahoma, serta North Carolina dan South Dakota di utara.

Yang baru siap-siap pun kini bersemangat untuk segera melarang aborsi: Mississippi, Tennessee, Kentucky, Missouri, Idaho, Utah, Wyoming dan North Dakota. Wisconsin dan West Virginia pun akan menyusul.

Mungkin dalam kadar yang lebih ringan: ada yang boleh aborsi sepanjang janin baru berumur 4 minggu. Ada yang batasnya 6 minggu. Ada yang asal tidak lebih dari 20 minggu.

Setelah putusan Mahkamah Agung Jumat lalu itu negara bagian kembali menentukan dalam hal aborsi. Putusan ini sangat kuat: 6:3. Jelaslah bahwa tiga hakim agung yang diangkat Trump sangat menentukan perjuangan ideologi lewat jalur politik.

Mungkin itulah yang dianut Kiai Imam Jazuli di Cirebon. Yang pasang badan belakangan ini:  ideologi ahlulsunnah wal jamaah harus diperjuangkan lewat politik. Konkretnya: semua orang NU wajib ber-PKB.

Ia bukan pengurus PKB –pun di tingkat bawah. Tapi ia bisa jadi Trump di kalangan NU.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Rumah Dinas Kajari Bekasi Disegel KPK, Dijaga Petugas

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12

Purbaya Dipanggil Prabowo ke Istana, Bahas Apa?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10

Dualisme, PB IKA PMII Pimpinan Slamet Ariyadi Banding ke PTTUN

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48

GREAT Institute: Perluasan Indeks Alfa Harus Jamin UMP 2026 Naik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29

Megawati Pastikan Dapur Baguna PDIP Bukan Alat Kampanye Politik

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24

Relawan BNI Ikut Aksi BUMN Peduli Pulihkan Korban Terdampak Bencana Aceh

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15

Kontroversi Bantuan Luar Negeri untuk Bencana Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58

Uang Ratusan Juta Disita KPK saat OTT Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52

Jarnas Prabowo-Gibran Dorong Gerakan Umat Bantu Korban Banjir Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34

Gelora Siap Cetak Pengusaha Baru

Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33

Selengkapnya