Berita

Ekonom senior DR. Rizal Ramli/Net

Publika

Krisis Minyak Goreng Tanda Kolobendu, Rizal Ramli Bilang Nggak Becus Ngatur…

SABTU, 26 MARET 2022 | 06:56 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN*

DALAM kosmologi Jawa Zaman Kolobendu atau zaman kekacauan antara lain ditandai oleh ketidakbecusan penguasa mengurus soal remeh yang dibutuhkan oleh rakyatnya sendiri.

Ciri lainnya ialah semakin banyaknya orang berpangkat atau pejabat yang berwatak khianat.

Fase Kolobendu setingkat lebih tinggi dari Zaman Edan yang disebut Ronggowarsito dalam Serat Kalatidha. Sebelum akhirnya memasuki Zaman Kalasuba, ialah masa pemulihan dan pencerahan, dimana kebenaran menjadi pegangan.


Apakah yang akan dikatakan Ronggowarsito andai ia masih hidup?

Keedanan zaman yang kini terjadi telah melampaui ramalannya. Zaman Kolobendu yang dinujumkan oleh Jayabaya ternyata kini benar-benar terjadi.

Apa contoh nyata penguasa tak becus mengurus persoalan remeh yang dibutuhkan oleh rakyatnya sendiri, yang menjadi tanda telah terjadinya Kolobendu?

Persoalan minyak goreng salah satu contohnya. Ketika langka rakyat mati saat mengantri. Waktu muncul dipasaran tak mampu membeli, karena harganya tinggi.

“Ngatur minyak goreng yang berlimpah saja nggak becus. Apalagi ngatur barang langka, seperti kedelai,” tandas tokoh nasional Dr Rizal Ramli belum lama ini, seperti dikutip oleh sejumlah media online.

Minyak goreng dikatakan soal remeh karena kelapa sawit sangat berlimpah dan merupakan salah satu kebutuhan pokok rakyat sehari-hari.

Negeri ini memiliki perkebunan terluas di dunia untuk jenis tanaman yang menjadi bahan utama minyak goreng itu.

Rizal Ramli menekankan tidak adanya kemampuan dalam mengelola manajemen berkelimpahan (abudance), dan manajemen kelangkaan (scarcity). Persoalan ini, menurutnya, selain merupakan tanggungjawab Menteri Perdagangan, M Luthfi, juga tanggungjawab Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang belakangan malah sibuk pasang baliho dimana-mana, karena kebelet nyapres.

Bagi penguasa bijak yang menghayati kosmologi Jawa Zaman Kolobendu adalah soal penting. Karena merupakan petunjuk atau tanda-tanda dari fase akhir yang akan menyebabkan hancurnya tampuk kekuasaan dengan segala aib yang mengikutinya.

Itulah sebabnya kehancuran Majapahit selain disebabkan oleh perang saudara (Perang Paregreg, 1426), dan akibat kepemimpinan yang lemah pasca Hayam Wuruk, juga disebabkan oleh bencana kelaparan akibat ketidakmampuan penguasa dalam memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya.

Dalam narasi sejarah cukup banyak dijelaskan hancurnya sebuah kekuasaan disebabkan oleh ketidakbecusan para penguasa dalam mensejahterakan rakyat.

Karena itu para penguasa bijak di tanah Jawa sejak berabad-abad yang lampau selalu menekankan pentingnya mensejahterakan rakyat, yang tergambar melalui ungkapan abadi yang sering kita dengar:

Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Kerta Raharja…

Esensinya adalah penguasa harus becus mensejahterakan rakyat dan menciptakan ketenteraman, sehingga membawa hasil gemilang buat bangsa dan negaranya.

Penulis adalah wartawan senior.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya