Berita

DR. Rizal Ramli berziarah ke makam ulama besar dan pengasuh pondok pesantren ternama, Buntet, Cirebon, Jawa Barat, KH Abdullah Abbas, Minggu (27/2).

Publika

Napak Tilas ke Cirebon: Rizal Ramli Tafakur di Makam Patriot NU

SENIN, 28 FEBRUARI 2022 | 12:58 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN*

MUHAMMAD Zia Ul Haq tak dapat  menahan keinginannya untuk segera berkunjung ke Surabaya ketika ia melakukan kunjungan kenegaraan di Indonesia pada tahun 1980-an.

Di akhir lawatannya Presiden Pakistan itu menyatakan maksud kepada Presiden Soeharto untuk melakukan memorable visit secara incognito ke salah satu kota penting di Jawa Timur itu.

Surabaya ternyata menyimpan banyak sekali kisah yang membekaskan kenangan baginya.


Di kota itulah dulu Zia Ul Haq sebagai perwira muda yang menjadi komandan salah satu pasukan elit Inggris, Ghurka, terlibat dalam pertempuran 10 November 1945.

Di sela-sela pertempuran kala itu Zia tersontak menyaksikan heroisme para santri dari berbagai penjuru pesantren bersama pasukan TNI menerjang tentara Sekutu (Inggris, Australia, dan Belanda yang membonceng) yang mencoba menduduki kota Surabaya.

Hati Zia luruh tatkala menyaksikan ratusan santri yang berbekal senjata bambu runcing, berpakaian seadanya dan tanpa alas kaki, memekikkan kata Allahu Akbar, sambil bergerak melakukan perlawanan dengan mengorbankan darah dan nyawa secara heroik.

Kala itu ia tertegun dan menyadari bahwa ternyata yang sedang dihadapi dalam pertempuran itu adalah saudara-saudaranya sendiri, yaitu sesama Muslim. Seperti halnya ia dan pasukannya juga merupakan kaum Muslimin.

Akhirnya seringkali di tengah gencatan senjata apabila kumandang azan bergema dari masjid-masjid, para tentara Gurkha yang dipimpinnya melakukan shalat berjamaah bersama para santri dan warga lokal.

Memori yang sangat menyentuh hatinya ini ternyata tiada pernah hilang dari layar ingatan Zia Ul Haq…

Tetapi siapakah tokoh yang menjadi penggerak perlawanan para santri ini, sehingga tentara Sekutu yang merupakan jagoan Perang Dunia Kedua itu tumpas dan terusir dari Surabaya. Bahkan menewaskan satu jenderal Inggris, Aubertin Mallaby?

Selain Hardatussyaikh KH Hasyim Asy’ari yang merupakan penggagas Resolusi Jihad 10 November 1945, terdapat pula nama tokoh lainnya yang tak kalah penting, yaitu KH Abdullah Abbas, seorang ulama besar dan pengasuh pondok pesantren ternama, Buntet, Cirebon, Jawa Barat, yang merupakan Panglima Perang bagi para santri dalam peristiwa heroik 10 November 1945 di kota Surabaya itu.

Di makam ulama yang sangat berwibawa inilah, yaitu di areal Maqbaroh Gajah Ngambung, Buntet, Cirebon, hari Minggu kemarin (27/2), tokoh nasional Dr Rizal Ramli di sela-sela kesibukannya menyempatkan diri untuk bertafakur dan memanjatkan doa untuk tokoh yang sangat dikaguminya itu.

Rizal Ramli yang memiliki pertalian batin yang erat dengan kaum Nahdliyin dan merupakan murid ideologis Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) selalu menaruh hormat dan takzim kepada para tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang telah berjasa kepada kemerdekaan bangsa dan negeri ini, sehingga nalurinya kerap menuntun untuk selalu menziarahi makam para tokoh patriot NU setiapkali berkesempatan melakukan kunjungan ke daerah-daerah.

Penghormatan dengan menziarahi makam ulama NU seperti yang dilakukan oleh Rizal Ramli ini sudah menjadi tradisi yang mendarah daging di kalangan kaum Nahdliyin, yang tak jarang dilakukan oleh Rizal Ramli bersama-sama warga masyarakat biasa, seperti halnya hari Minggu kemarin.

Sudah pula menjadi kebiasaan bagi Rizal Ramli setiapkali melakukan kunjungan ke daerah ia berinteraksi dengan masyarakat setempat. Mulai dari menggelar obrolan ringan hingga menyampaikan pandangan-pandangannya mengenai situasi sosial, ekonomi, dan politik yang dikemukakannya secara sederhana.

Yang menarik dalam obrolan di sebuah ke kedai kuliner sehabis berziarah, seorang warga Cirebon bernama Hayat menumpahkan uneg-unegnya tentang adanya wacana perpanjangan masa jabatan presiden yang mendapatkan dukungan dari sejumlah ketua umum partai politik, di antaranya dari Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Usulan dan dukungan seperti itu baginya sangat bertolak belakang dengan upaya menegakkan demokrasi yang diamanatkan oleh konstitusi.

Sehingga katanya kelakuan politisi seperti itu dalam bahasa Cirebon disebut degol. Artinya tidak waras. Berbeda dengan yang terjadi di era pemerintahan Presiden Gus Dur dimana demokrasi benar-benar dijaga dan ditegakkan.
Penulis adalah wartawan senior.


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya