Berita

Mohammad Hatta dan DR. Rizal Ramli/Repro

Publika

Rizal Ramli Soal PollsterRp dan Kisah Bung Hatta ...

MINGGU, 28 NOVEMBER 2021 | 10:48 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN

BULAN Desember 1955 koran Indonesia Raya bikin polling pembaca yang menginginkan Bung Hatta jadi presiden.

Hubungan Hatta dan Sukarno waktu itu sudah renggang, karena perbedaan pandangan dalam pengelolaan negara, yang berujung mundurnya Hatta sebagai wapres, pada Desember 1956.

Polling di suratkabar pimpinan Mochtar Lubis itu intinya untuk mengetahui aspirasi masyarakat yang menginginkan pemimpin yang merupakan anti-tesis dari Sukarno.

Hatta yang negarawan-cendikiawan  ternyata tidak menghiraukan hasil polling yang mengunggulkan dirinya itu, karena berpegang teguh pada prinsip politik yang diyakininya. Meski suara yang mendukungnya di polling tersebut dua setengah kali lebih besar ketimbang buat Sukarno.

Metode polling di era tahun 1950-an (era demokrasi liberal) waktu itu sudah dikenal, tetapi tidak pernah benar-benar dipakai sebagai instrumen untuk menjaring pemimpin seperti hari ini.

Karena para tokoh bangsa saat itu umumnya naik ke tampuk kekuasaan bermodalkan garis perjuangan yang mereka cita-citakan. Berbekal integritas, prestasi, dan keberpihakan yang kuat untuk membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan.

Untuk mencapainya umumnya mereka mendisiplinkan diri dengan menjauhi glamouritas. Lebih memilih menempuh studi dengan memperdalam ilmu untuk membebaskan rakyat dari ketidakadilan, yang menghasilkan citra diri sebagai pejuang intelek pembela mayoritas rakyat.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan para akademisi atau intelek kampus hari ini yang sebagian di antaranya memilih untuk menjadi  pollsterRp, yang dengan metode manipulatif berbasis uang dari para cukong atau bandar yang tergabung di dalam oligarki membangun persepsi menyesatkan kepada rakyat mengenai figur calon presiden.

“Mereka memanfaatkan pengetahuan statistik untuk memanipulasi persepsi rakyat tentang calon presiden. Hasilnya adalah presiden boneka,” tegas tokoh nasional Dr Rizal Ramli dalam wawancara dengan sebuah channel YouTube, di Jakarta, baru-baru ini.

Celakanya lagi, lanjut Rizal Ramli, media massa kita memuat hasil-hasil pollsterRp tersebut tanpa bersikap kritis yang seharusnya mempertanyakan siapa yang membiayai, apakah independen, apakah kredibel, dan bagaimana track record lembaga pollster tersebut.

Strategi untuk memenangkan Pilpres 2024 yang akan datang esensinya sama saja dengan strategi memenangkan Pilpres tahun 2014 yang lalu. Intinya adalah mengutamakan pencitraan.

Sedangkan tekniknya, pertama, para cukong atau bandar yang tergabung di dalam oligarki menyewa lembaga-lembaga pollsterRp secara borongan (lebih dari satu lembaga pollsterRp).

Kedua, menyewa media massa dengan sistem kontrak, dimana media massa tersebut harus mengutamakan  pemuatan berita-berita capres yang dibiayai oleh cukong atau bandar di dalam oligarki. Tak peduli meskipun isi beritanya hanya persoalan ecek-ecek.

Seperti aksi masuk gorong-gorong, melempar bingkisan di jalanan, adu gede pasang baliho, main tiktok,  basa-basi dengan warga, sampai sidak ke WC umum SPBU.

Ketiga, menyewa para analis politik bayaran. Statement mereka dikutip oleh media massa yang telah disewa untuk “menguatkan” hasil-hasil kerja pollsterRp dalam mendukung capres yang dibiayai cukong atau bandar yang merupakan bagian dari oligarki.

Keempat, menyewa partai politik. Dimana para elitnya pada dasarnya berwatak greedy dan transaksional serta terbiasa makan uang batil dari kader-kadernya yang juga doyan korupsi dan uang suap.

Gurita oligarki ini pada dasarnya juga menguasai lembaga-lembaga pemilu dan lembaga-lembaga hukum yang ada hubungannya dengan persoalan pemilu.

Tahap kelima adalah membentuk “tim relawan” yang seolah-olah merupakan pendukung fanatik dengan semangat   “maju tak gentar membela yang bayar”. Termasuk pula mengoperasionalkan armada buzzersRp yang siap menyembur siapa saja  yang bersikap kritis terhadap capres yang mereka dukung.

Serangan buzzersRp ini tidak mengenal batas etika. Mereka siap memfitnah, mengadu domba agama, menghancurkan perekatan sosial, hingga menghina masalah fisik siapapun, demi membela capres yang mereka dukung.

Sedangkan yang keenam adalah tetap mempertahankan Presidential Treshold  sebesar 20 persen untuk menjegal figur yang memiliki integritas, prestasi, track record, dan berciri problem solver, agar tidak dapat maju sebagai calon presiden.

Demikianlah, dengan cara-cara seperti ini oligarki beserta para cukong dan para bandar di dalamnya menyempurnakan pembajakan terhadap demokrasi di negeri ini untuk mendapatkan kembali capres boneka pro Beijing dan pro oligarki. Yang bukan bekerja untuk mayoritas rakyat.

Yang tatkala menjadi presiden ia akan menghamba dan bersujud kepada mereka, sambil berkata:

“Paduka yang Mulia, akulah pelayanmu yang selalu setia ...”

Penulis adalah pemerhati sejarah

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya