Berita

Begawan Ekonomi Indonesia, Rizal Ramli/RMOL

Publika

Mencontoh Rizal Ramli, Berkeadilan dalam Hal Tanah

SELASA, 28 SEPTEMBER 2021 | 17:27 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN

PENTINGNYA kepemilikan tanah pada masyarakat Jawa tergambar dalam ungkapan “Sadhumuk bathuk sanyari bumi. Ditohi kanti pati”.

Walaupun sempit tanahnya, sesempit ruas jari di jidat, tanah adalah nyawa ...

Itulah sebabnya Soekarno yang memahami filosofi dan sosiologi mendasari konsepsi Marhaenisme-nya dengan menekankan persoalan kepemilikan tanah wong cilik.

Perang Jawa esensinya perlawanan terhadap perampasan tanah.

Belanda mengalami kerugian finansial sangat besar dalam perang 5 tahun itu, sehingga menebusnya dengan 40 tahun Tanam Paksa, disusul liberalisasi ekonomi, 1870, dengan mengeluarkan Agrarische Wet, Undang Undang Agraria Kolonial yang menguntungkan investor asing, yang kemudian menjadi Tuan Tanah dan Tuan Kebun.  

Di  Bojong Koneng, Sentul, Jawa Barat, praktik perampasan tanah kini terjadi lagi. Dilakukan oleh para anasir kolonialisme baru, dengan pemeran Londo Ireng yang terdiri dari aparatur manipulatif beserta preman-preman bayaran yang dibiayai oleh bandar aseng.

Perampasan tanah secara kasat mata ini berlangsung di tengah berbagai penderitaan ekonomi yang sedang dialami oleh mayoritas rakyat Indonesia saat ini. Dan dipertontonkan secara brutal di tengah kian suramnya ketidakadilan di bidang hukum.

Rizal Ramli merupakan salah satu tokoh yang berdiri di depan menentang perampasan tanah.  

Ia antara lain menyuarakan agar pemberantasan terhadap mafia tanah tidak sekadar lip services.

Rakyat akan sangat berbahagia kalau mafia tanah beserta beking-bekingnya benar-benar disikat. Sebab, perampasan tanah adalah bagian dari proses kemiskinan struktural dan melanggar hak azasi manusia.

Jika pemberantasan itu dilakukan, ia yakin Presiden Jokowi akan mendapatkan simpati sangat besar dari rakyat.

Namun di tengah keteguhan sikapnya menentang perampasan tanah rakyat yang dilakukan oleh para Londo Ireng, yang terdiri dari aparatur manipulatif dan preman-preman dengan modal dari bandar aseng ini, apa sebenarnya konsepsi Rizal Ramli terhadap tanah rakyat?

Rizal Ramli selalu menekankan, rakyat harus mendapatkan ganti untung (bukan ganti rugi). Misalnya mendapatkan relokasi di tempat baru dengan memperoleh luas tanah dua kali lipat dari tanah yang dimiliki sebelumnya.

Esensinya harus ada keadilan dan jangan semena-mena seolah tanah yang dirampas merupakan  milik nenek moyang perampas.

Contoh konkret yang dilakukan Rizal Ramli adalah pada saat menjadi Menko Maritim dan Sumber Daya, ia bertindak adil dalam persoalan tanah rakyat.

Ketika hendak membenahi kawasan Candi Borobudur di Magelang, yang akan dijadikannya sentral destinasi wisata religi bagi umat Budha di seluruh dunia, Rizal Ramli  merancang rencana untuk merelokasi warga yang tinggal di sekitar candi ke wilayah lain.
 
Berdasarkan hitungan pemerintah Kabupaten Magelang, setidaknya terdapat  600 hektar tanah yang akan digunakan untuk pengembangan destinasi wisata yang telah dinobatkan sebagai warisan dunia itu.

Apabila program ini terlaksana warga akan direlokasi ke Bukit Manoreh yang masih terletak di kawasan Magelang. Warga akan mendapatkan lahan dua kali lipat dari luas tanah yang dimiliki sebelumnya.

Selain itu, rencananya warga akan mendapatkan saham dari keuntungan Badan Otorita Candi Borobudur yang akan dibentuk ini.

Kalau semua rencana ini terwujud maka dapat terjadi pertumbuhan ekonomi inklusif. Semakin untung badan otorita, masyarakat akan semakin tinggi mendapatkan bagiannya.

Terobosan bidang pariwisata seperti ini sebelumnya tidak pernah terjadi di Indonesia.

Sebagai Menko Maritim dan Sumber Daya yang membawahi Kementerian Pariwisata, saat itu Rizal Ramli selalu menekankan pentingnya mengutamakan aspek keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat dalam setiap pengembangan proyek kepariwisataan.

Demikian pula sikapnya saat hendak mengembangkan kawasan wisata Danau Toba, Sumatera Utara, yang saat itu rencananya akan dijadikan badan otoritas pariwisata tersendiri.

Soal tanah bagi Rizal Ramli adalah soal harkat dan kehidupan manusia. Bahkan seperti ungkapan luhur masyarakat Jawa, soal tanah adalah soal nyawa.

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

PDIP Minta Seluruh Kader Banteng Tenang

Kamis, 20 Februari 2025 | 23:23

Megawati Instruksikan Kepala Daerah dari PDIP Tunda Retret ke Magelang

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:43

Wujudkan Pertanian Berkelanjutan dan Ketahanan Pangan, Pemerintah Luncurkan FAST Programme

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:27

Trump Gak Ada Obat, IHSG Terseret Merah

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:26

Uchok: Erick Thohir Akali Prabowo soal Danantara

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:24

Hasto Ditahan, Megawati Tidak Menunjuk Plt Sekjen PDIP

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:21

Resmi Pimpin Banten, Andra Soni-Dimyati Diingatkan Jangan Korupsi

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:18

KPK Tahan Hasto, PDIP: Operasi Politik Mengawut-awut Partai

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:17

Hasto Ditahan, PDIP: KPK Dikendalikan dari Luar Melalui AKBP Rossa

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:16

Adityawarman Adil Apresiasi BSF CGM 2025: Gambaran Kekayaan Budaya Kota Bogor

Kamis, 20 Februari 2025 | 21:56

Selengkapnya