Berita

Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Ali Mochtar Ngabalin/RMOL

Publika

Ngabalin Cerminan Batin Kotor Istana

RABU, 15 SEPTEMBER 2021 | 09:30 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN

DI ERA China klasik (sebelum jadi komunis seperti sekarang) pegawai-pegawai tinggi istana kerajaan adalah orang-orang yang memelihara kehalusan budi.

Yang lulus dalam ujian kesusastraan, seperti membuat puisi yang sangat sulit. Selain harus pula memenuhi persyaratan intelegensia di atas rata-rata.

Mereka umumnya pejabat sekaligus penyair, seperti halnya di Jawa ada Eyang Ronggowarsito, pegawai tinggi istana Surakarta, yang oleh banyak pihak dianggap punya kemampuan meramal zaman.


Di masa Hayam Wuruk dan Jayabaya prasyarat seperti itu juga berlaku, pejabat tinggi istananya terdiri dari pujangga seperti Mpu Prapanca, Mpu Sedah, dan seterusnya.

Zaman bergerak, nilai-nilai pun berubah. Hari ini di istana ada Ali Mochtar Ngabalin si tukang sembur, yang oleh banyak kalangan disebut bertabiat preman berkedok agama.

Otaknya keruh dengan premanisme dan pikiran jorok, sekeruh septic tank Ngabalin sendiri. Demikian pendapat analis dan aktivis LSM Muhamad Nabil MA dan Zulfikar Shalahudin, seperti dikutip konfrontasi online.

Baru-baru ini Ngabalin kembali menyeburkan kata-kata kasar dan brutal yang memicu reaksi publik.

Ia merespons pernyataan tokoh nasional Dr Rizal Ramli yang bersedia membantu menyelesaikan masalah keuangan di PT Garuda Indonesia Persero dengan syarat mengubah Presidential Treshold menjadi nol persen.

Ngabalin malah menyebut Rizal Ramli  menyimpan dendam karena di-reshuffle dan isi otaknya septic tank.

Padahal dalam negara demokrasi pernyataan Rizal Ramli tersebut merupakan hal lumrah dan seharusnya disikapi secara rasional. Apalagi sebagai ekonom senior Rizal Ramli tentu memiliki solusi yang konkret, dan sebelumnya telah terbukti mampu menyelesaikan persoalan di tubuh Garuda dengan cara out of the box saat menjadi menteri keuangan di era Presiden Gus Dur.

“Bang Rizal Ramli jangan meladeni. Ngabalin itu cermin batin istana Jokowi yang kotor, sehingga memelihara Ngabalin,” tandas M Nabil peneliti dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan pascasarjana Driyarkara, Jakarta.  

Menurutnya, Ngabalin sosok aparat yang tidak tahu malu. Kotornya batin istana tercermin dari pernyataan kotor Ngabalin.

“Melihat Ngabalin menyerang kaum intelektual kritis, sangat menjijikkan," tambah Zulfikar Shalahudin, aktivis sosial dan peminat filsafat dari NU kultural Aceh.

Menurut M Nabil, citra Jokowi dibuat rusak berat dengan gaya kasar dan brutalnya verbalisme Ngabalin. Harusnya Presiden Jokowi menyadari bahwa hanya di era rezim saat ini staf istana ngomong kotor dan kasar yang dapat membusukkan citra presiden.

Penulis adalah Pemerhati Sejarah

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya