Berita

Tokoh nasional, DR. Rizal Ramli/Net

Publika

Rizal Ramli Bertanya: Hakim Kok Jadi Psikolog, Simpati Sama Koruptor?

SELASA, 24 AGUSTUS 2021 | 17:28 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN

DI zaman demokrasi terpimpin hukum tenggelam di bawah patrimonialisme ideologi rezim.

Waktu itu, ahli hukum nggak kepake. Menteri hukumnya memodifikasi lambang Dewi Keadilan dengan nambahin kata “pengayoman” dan gambar beringin.

Tapi maksud dan tujuannya diragukan apakah diperuntukkan bagi seluruh pencari keadilan, atau buat mengayomi (melindungi) orang yang bersalah.

Hukum adalah Volkgeist. Jiwa bangsa. Cerminan kondisi kejiwaan para elit yang berkuasa. Sakit-tidaknya kondisi kejiwaan sebuah bangsa dapat dilihat dari Volkgeist-nya.

Kalau politik basisnya opini publik. Hukum basisnya bukti.

Juliari Batubara, bekas Mensos, terbukti bersalah nyolong duit Bansos Covid-19. Terima suap 32, 4 miliar rupiah dari rekanan.

Hakim memvonis 12 tahun. Putusan didasarkan karena hakim  terkesan kasihan, menganggap Juliari sudah banyak menderita sebab sering di-bully oleh publik.

Kalau di China komunis para koruptor katanya dihukum mati, di Jepang dan Korea mati bunuh diri, karena tiada dapat menahan malu dan ada standar moral, aneh bin ajaib di negeri ini hakim tampil welas asih, sehingga koruptor  diayomi.

Tokoh nasional DR. Rizal Ramli terperangah dan menyebut itu hakim-hakim langka, karena menggunakan argumen paling aneh di dunia.  

“Hakim-hakim itu kok jadi psikolog? Kok simpati sama koruptor yang nyolong hak orang miskin? Itu hakim-hakim mesti diperiksa psikiater,” tandas Rizal Ramli di akun twitter-nya.

Saya sendiri jadi teringat perkataan ahli hikmah yang bijaksana, bahwa salah satu yang diharamkan untuk masuk surga adalah hakim yang tidak adil ketika menjalankan amanat sebagai wakil Tuhan di dunia.

Penulis adalah pemerhati sejarah

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

PDIP Minta Seluruh Kader Banteng Tenang

Kamis, 20 Februari 2025 | 23:23

Megawati Instruksikan Kepala Daerah dari PDIP Tunda Retret ke Magelang

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:43

Wujudkan Pertanian Berkelanjutan dan Ketahanan Pangan, Pemerintah Luncurkan FAST Programme

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:27

Trump Gak Ada Obat, IHSG Terseret Merah

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:26

Uchok: Erick Thohir Akali Prabowo soal Danantara

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:24

Hasto Ditahan, Megawati Tidak Menunjuk Plt Sekjen PDIP

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:21

Resmi Pimpin Banten, Andra Soni-Dimyati Diingatkan Jangan Korupsi

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:18

KPK Tahan Hasto, PDIP: Operasi Politik Mengawut-awut Partai

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:17

Hasto Ditahan, PDIP: KPK Dikendalikan dari Luar Melalui AKBP Rossa

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:16

Adityawarman Adil Apresiasi BSF CGM 2025: Gambaran Kekayaan Budaya Kota Bogor

Kamis, 20 Februari 2025 | 21:56

Selengkapnya