Berita

Aktivis Nathan Law/Net

Dunia

Setelah Kabur Dari Hong Kong Dan Sempat Sembunyi, Aktivis Nathan Law Umumkan Ia Ada Di Inggris

SELASA, 14 JULI 2020 | 06:36 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Nathan Law, salah satu aktivis demokrasi muda yang sangat aktif dan terkemuka di Hong Kong, akhirnya mengumumkan keberadaannya setelah sempat merahasiakannya dengan alasan keamanan.

Law mengungkap keberadaannya lewat sebuah unggahan di Facebook tepat di hari ulang tahunnya yang ke-27, pada Senin (13/7).

“Tujuan saya: London. Sejauh ini saya telah menjaga profil saya tentang keberadaan saya untuk mengurangi risiko,” ungkapnya, seperti dikutip dari AFP, Senin (13/7).


Law juga menuliskan ingin merencanakan kehidupan masa depannya di negeri Ratu Elizabeth itu.

“Di negeri yang asing ini, aku mulai merencanakan kehidupan di depanku. Masih ada banyak ketidakpastian," tulisnya.

Law adalah anggota pendiri Demosisto, sebuah partai pro-demokrasi yang dibubarkan pada hari yang sama ketika Beijing memberlakukan undang-undang keamanan baru.

Dua hari setelah undang-undang keamanan baru Beijing diberlakukan, Law mengumumkan ia pergi untuk selamanya dari kota Hong Kong, saat itu ia merahasiakan tujuannya.

Sehari sebelumnya dia telah memberikan bukti video ke sidang kongres di Washington di mana dia meneriakkan slogan protes rakyat ‘Bebaskan Hong Kong. Revolusi zaman kita.’

Pihak berwenang mengatakan bahwa slogan itu sekarang bertentangan dengan undang-undang keamanan yang baru. Undang-undang itu menargetkan siapa saja yang melakukan tindakan subversi, hasutan, terorisme, dan kolusi asing dengan ancaman penjara hingga penjara seumur hidup.

Di bawah hukum baru itu, China telah mengklaim yurisdiksi atas beberapa kasus serius dan mengizinkan aparat intelijennya untuk membuka kantor secara terbuka di kota Hong Kong untuk pertama kalinya.

China mengatakan undang-undang itu diperlukan untuk mengembalikan stabilitas setelah protes pro-demokrasi yang besar dan sering kekerasan tahun lalu.

Sementara itu, Inggris memandang undang-undang keamanan sebagai pelanggaran perjanjian Beijing untuk membiarkan Hong Kong mempertahankan kebebasan sipil, serta otonomi legislatif dan yudikatif  hingga 2047.

Pernyataan London tentang rencana untuk memberikan hak-hak imigrasi yang diperluas kepada sekitar tiga juta warga Hong Kong yang memenuhi syarat untuk status Nasional Luar Negeri Inggris telah membuat China murka.  Mereka berjanji akan segera mengambil tindakan sebagai tanggapan atas sikap Inggris tersebut.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya