Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Lapangan Politik Hari Ini, Hasilnya Buzzer Sampai Disintegrasi

RABU, 06 MEI 2020 | 20:04 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN*

BANGSA Mesir Kuno belajar dari banjir Sungai Nil yang terjadi setiap tahun, dari pengalaman empiris itu mereka menciptakan sistem almanak, geometri dan kegiatan survei.

Temuan-temuan itu dikembangkan oleh Bangsa Babylonia, Bangsa Arab, dan Hindu.

Bangsa Yunani menyumbang kepada astronomi, ilmu kedokteran, dan lainnya.


Pelaut Nusantara sebelum Bangsa Eropa datang menggunakan sistem navigasi tanpa kompas. Pedoman pelayaran didasarkan pada jenis mata angin dengan bermacam nama.

Nenek moyang orang Indonesia bangsa visioner, suka membangun infrastruktur seperti irigasi dan sistem bercocok tanam yang berguna buat rakyat.

Mereka juga penjaga kedaulatan yang berani, sehingga utusan Kublai Khan, Kaisar China, yang minta upeti dan mau ekspansi, dipotong kupingnya oleh Raden Wijaya.

Bangsa-bangsa besar meninggalkan great legacy.

Sukarno-Hatta dan founding fathers mewarisi persatuan.

Tokoh-tokoh ulama dan para rohaniawan sezaman mengedepankan toleransi. Inti yang sama dalam Negarakertagama.

Jika kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi, dan moral, maka peradaban terrefleksikan dalam politik, ekonomi, dan tekhnologi.

Apa sajakah yang sudah dihasilkan oleh lapangan politik nasional hari ini?

Politik di Indonesia hari ini ternyata masih belum menjadi common good.

Enam tahun terakhir hasilnya ialah disintegritas yang diprovokasi oleh para buzzer dan ketidakadilan di bidang hukum, utang yang kian menumpuk, oligarki partai politik antara lain berupa presidential treshold yang membegal demokrasi, sehingga menutup kesempatan tokoh berintegritas memimpin bangsa.

Kedaulatan yang dicemari oleh para pengkhianat bangsa yang mementingkan perut dan kekayaan, sehingga kelak bila bangsa ini benar-benar jatuh ke tangan aseng anak cucu mereka akan menjadi budak paling hina. Karena demikianlah ketentuan takdir untuk anak keturunan pengkhianat bangsa dan perusak agama.

Sejak penjajah masuk ke Nusantara tiada habis-habisnya kita diperbudak, direndahkan dan dihisap kekayaan alamnya. Nusantara jadi bancakan Portugis, VOC, Daendels, Raffles, hingga rezim Hindia Belanda, sampai Jepang.

Kita seakan lalai atau amnesia (?) Menjadi permisif, gampang menerima figur yang tak paham konstitusi, geopolitik, ekonomi, keberagaman, hingga sejarah, untuk dijadikan “pemimpin”.

Ini pula antara lain yang menyebabkan bangsa hari ini semakin terpuruk, kehilangan kedaulatan, dan perekonomiannya runtuh, sehingga banyak rakyat kini hidup dalam kehinaan, disodori nasi anjing hingga dilempari sembako.

Terkenanglah saya kepada perkataan Sukarno, yang di dalamnya terkandung kebenaran:

“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan saudaramu sendiri ... “

Demikianlah yang terjadi kini.

Penulis adalah wartawan senior 

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya