Berita

DR. Rizal Ramli/Net

Publika

Lima Warning Dr Rizal Ramli & Bahaya Kabinet Diisi Mat Girang

RABU, 10 JULI 2019 | 18:17 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN

KABINET pertama RI yang hanya berlangsung kurang dari tiga bulan (September-November ‘45) mendapat kepercayaan rakyat walaupun belum bisa menjalankan roda pembangunan dan pemerintahan secara efektif.

Kabinet Presidensil ini diganti Kabinet Parlementer yang walaupun menterinya terdiri dari orang partai tapi tidak dibangun dengan “dagang sapi” atau transaksi uang. Tidak dengan nafsu tribalisme yaitu menjadikan kabinet untuk kepentingan keluarga, anak, cucu, menantu, asing dan aseng, serta berbagai kepentingan kelompok. No vested interest!

Makanya di masa itu walaupun umumnya rakyat hidup susah tapi tidak merasa ditipu oleh para elit kekuasaan. Tidak merasa dikhianati oleh janji-janji, tidak tertekan oleh ketidakadilan, atau oleh kecurangan dan kebohongan.

Kabinet saat itu walaupun diwarnai oleh berbagai ideologi atau aliran politik tapi dibangun untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan, jadi sarana perjuangan untuk menciptakan kedaulatan di semua sektor kehidupan bernegara.

Tahun ‘66 Sukarno bikin Kabinet 100 Menteri untuk narik simpati rakyat yang ternyata tiada mempan dan malah mempercepat kejatuhannya, karena tekanan ekonomi dan politik yang susah dikendalikan.

1998 Soeharto coba bikin Kabinet Reformasi tapi menteri-menterinya tiada bersedia.

Tokoh-tokoh yang dipanggil Soeharto kasih sinyal jelas bahwa ekonomi dan politik amat gawat sehingga tiada bisa diselamatkan.

Di dalam pers Belanda ada istilah Kabinetskwestie; yang intinya mempertanyakan apakah kabinet masih mendapat kepercayaan rakyat.

Apakah kabinet pasca pelantikan Jokowi Oktober nanti merupakan Kabinetskwestie?

Di Afrika kekuasaan didasarkan atas tribalisme yang mengutamakan keluarga dan kerabat untuk menduduki posisi elit. Termasuk di kabinet menteri-menterinya para Mat Girang dan para Mat Heboh, sehingga kabinetnya kabinet horeee karena diisi oleh orang-orang yang merasa girang dan heboh belaka lantaran mendapat kekuasaan, tapi bukan problem solver.

How about the cabinet after October?

Masa depan Indonesia kian suram apabila kabinet nanti merefleksikan gambaran seperti di atas!

Apalagi tokoh bangsa Dr Rizal Ramli mengingatkan bahwa setidaknya kini ada lima kondisi yang menjadikan suasana dan kelangsungan bernegara dan berbangsa saat ini dan ke depan nanti bakal semakin terpuruk.

Pertama, kondisi perekonomian nasional dan kesejahteraan mayoritas rakyat yang kian nyungsep. Mulai dari soal utang, pajak, meruginya BUMN, bangkrutnya sektor industri seperti industri baja, impor pangan yang masih gila-gilaan demi memburu rente dan banyak lagi.

Kedua, persoalan ketidakadilan hukum di dalam masyarakat yang dirasakan diskriminatif.

Ketiga, merenggang & terbelahnya kerukunan di dalam masyarakat akibat dihembuskannya secara terus menerus isu khilafah.

Keempat, adanya kecenderungan kuat munculnya Neo-otoritarianisme.

Kelima, perlu dihapuskannya treshold (ambang batas) untuk parlemen dan calon presiden, karena menyandera Indonesia dan demokrasi akibat oligarki politik & ekonomi.

Akan kemana arah jalannya Republik ini mungkin memang hanya Tuhan yang tahu.

Tetapi lima kondisi obyektif di atas merupakan gambaran kenyataan;
apakah Indonesia akan berubah atau begini terus, status qou, yang pada waktunya dapat mengakibatkan sebenar-benarnya kehancuran.

Penulis wartawan senior.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya