NASARUDDIN UMAR/NET
NASARUDDIN UMAR/NET
KELOMPOK sempalan yang dimaksud di dalam tulisan ini ialah mereka yang biasanya memutuskan awal bulan qaÂmariyah yang berbeda denÂgan metode yang selama ini dilakukan oleh mainstream muslim lainnya. Mereka menggunakan metode-metode dan dalil-dalil yang tidak umum dikenal di dalam dunia inteletual muslim. Pada umumnya mereka adalah kelompok atau sekte tarekat tertentu, seperti kelompok tarekat Al-Nadhir yang berpusat di Kabupaten Gowa, Sulaweisi Selatan dan sempalan tarekat NaqsyaÂbandi yang ada di Sumetera Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jumlah mereka tidak banyak tetapi menyebar di berbagai propinsi dan sudah mulai melakukan kegiatannya secara ekslusif, misalnya menggunakan mikrofon di dalam meÂmekikkan suara takbir sebagai pertanda lebaran keesokan harinya, walaupun kelompok mayoritas puasanya baru memasuki hari ke-27 atau mundur dua hari setelah umat mayoritas merayakannya.
Ketika penulis menjabat sebagai Dirjen BiÂmas Islam, beberapa kali kami mengundang mereka untuk mendiskusikan metode dan dalÂil-dalil yang digunakan, namun terdapat kesuliÂtan untuk mengubah keyakinan mereka karena lebih kuat mereka berpegang kepada pemimpin kelompoknya ketimbang mengikuti imbauan pemerintah. Kesulitan lain, pemimpin kelompok tarekatnya hanya selalu mengutus orang keperÂcayaannya karena yang bersangkutan biasanÂya tidak terbiasa mengambil keputusan dengan cara dialog atau diskusi, tetapi berdasar pada keyakinan pemimpinnya.
Di antara mereka ada yang menentukan awal Ramadhan atau awal Syawal berdasarkan isyarat dari gelombang laut, isyarat dari suara-suara buÂrung, isyarat kejadian-kejadian alam, atau hasil pengamatan mereka terhadap sejumlah bintang di langit. Bahkan di antara mereka mendasarkan pendapatnya dengan cara menutup mata merÂeka dengan surban hijaunya, lalu dengan doa-doa tertentu ia sudah bisa menyaksikan cahaya hilal di pelupuk matanya. Jika pimpinan tarekatÂnya sudah meyakini tanggal 1 Ramadhan maka keesokan harinya saling menginformasikan untuk memulai berpuasa. Demikian pula dengan penÂetapan hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Metode-metode tersebut diakui merupakan metode yang sudah turun temurun dipergunakan, hanya belaÂkangan baru sempat termediakan.
Populer
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Senin, 15 Desember 2025 | 21:49
Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15
UPDATE
Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:44
Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43
Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:12
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:52
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:42
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:22
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:06
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:01
Sabtu, 20 Desember 2025 | 13:38