Marzuki Alie
Marzuki Alie
RMOL. Partai Demokrat terus menyelidiki pembocor pidato SBY saat rapat internal, 1 April lalu.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie mengatakan, siapapun yang memÂbocorkan harus berÂtanggung jawab.
“Pidato Pak SBY di internal Partai Demokrat itu kan tertutup. Bukan untuk publikasi. Tapi ada pihak yang membocorkan dan media juga ikut menyebarkan,†kata Ketua DPR itu kepada RakÂyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui, pidato SBY di hadapan pengurus DPP Partai Demokrat, Minggu (1/4) bocor ke publik. Rekaman berdurasi 41 menit 49 detik itu banyak berisi keluh-kesah Presiden sehuÂbuÂngan dengan proses tertundanya kenaikan harga BBM per 1 April 2012 yang sudah direncanakan pemerintah dengan matang.
Marzuki Alie selanjutnya meÂngatakan, orang yang memÂboÂcorÂÂkan itu sangat berbahaya. “Kok tega-teganya membocorÂkan piÂdato yang bersifat interÂnal,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apakah Partai Demokrat memÂbuat tim khusus untuk meÂnyelediki siapa pelakunya?
Saya kira itu tugas Komisi Pengawas Partai Demokrat untuk mencari dan mengetahui siapa orangnya yang membocorkan itu.
Tentu yang membocorkan itu orang internal juga, kenapa suÂlit mengetahui pelakunya?
Inilah yang sedang diselidiki. Kan banyak juga yang hadir. Yang jelas, bocornya pidato itu sangat menganggu kami.
Kenapa?
Pidato Pak SBY itu kan tertuÂtup untuk publik. Bicara nternal partai itu bisa ngomong apa saja. Tetapi manakala pidato atau isi rapat yang secara tertutup itu bocor keluar, maka patut dipertaÂnyakan kredibilitas orang yang membocorkan itu terhadap partai.
Barangkali yang membocorÂkan itu orang baru di Partai DeÂmoÂkrat, sehingga tidak tahu itu bersifat internal?
Saya tidak tahu. Saya hanya menyampaikan kepada siapa pun pengurus partai yang mungkin baru jadi elite Partai Demokrat untuk menghormati keputusan apapun dari rapat, apakah tertutup atau terbuka.
Kalau rapatnya bersifat tertuÂtup, ya jangan disebarluaskan. Ini menyangkut pengamanan dan etika. Maka harus dicari siapa yang membocorkannya.
Kalau sudah ketahuan, apa sanksinya?
Pasti ada sanksi. Nggak mungÂkin nggak kena sanksi. Sebab, tindakan ini sudah melanggar peraturan internal partai.
O ya, bagaimana tanggapan Anda terhadap sikap PKS saat Paripurna RUU Pemilu yang seÂjalan dengan Demokrat?
Saya melihatnya biasa-biasa saja. Karena memang harus meliÂhat substansi materinya megunÂtungÂÂkan atau tidak. Kalau mengunÂÂtungkan, pasti akan ikut, terÂlepas dari koalisi atau non koalisi.
Misalnya saja Partai Golkar yang menilai Undang-undang Pemilu ini dirasakan kurang adil. Sebab, dengan perhitungan suara melalui kuota murni, istilahnya ada kursi yang harganya mahal dan ada pula kursi yang harganya murah.
Partai Demokrat merasa diÂuntungkan dengan memilih opsi perhitungan suara melalui kuoÂta murni?
Kami merasa tidak diuntungÂkan, tapi kebersamaanlah yang dilakukan Partai Demokrat. Kami harus menonjolkan sikap komitÂmen kami terhadap partai koalisi, khususnya partai kelas menengah ke bawah.
Dengan kuota ini agar kursi-kursi tidak diambil semua oleh partai papan atas. Ini berbeda dengan sistem varian divisor webster yang diimplementasikan semua partai akan kehilangan kursi karena diambil partai papan atas. Mungkin Partai Demokrat yang paling banyak menikmati.
Bukankah sistem divisor websÂter menguntungkan Partai Demokrat?
Saya sampaikan bahwa Partai Demokrat tidak berkeinginan untuk bergembira dan senang di atas kesusahan teman-teman koaÂlisi. Partai Demokrat tidak berpiÂkiran pragmatis transaksional.
Kami juga pikirkan anggota Setgab yang loyal, telah berkonÂtriÂbusi selama ini. Partai DemoÂkrat berkomitmen tidak meÂningÂgalkan teman-teman yang seiring sejalan.
PKS bersama-sama Partai Demokrat karena merasa diunÂtungkan, bukan karena sesama koalisi?
Mengikuti Partai Demokrat tentuÂnya akan menguntungkan. Makanya saat menguntungkan ikut bersama. Tapi saat tidak menguntungkan beroposisi, seÂolah-olah sangat kuat sekali.
Apakah ini tanda-tanda PKS ingin rujuk dengan Partai DeÂmoÂkrat?
Nggaklah. Saya pikir itu hal yang normatif karena suara meÂreka itu 6 persen dan tidak meÂrata. Memang, kalau dengan sisÂtem divisor webster, posisi PKS bisa hilang.
Misalnya saja, Partai Hanura dan Partai Gerindra yang selama ini selalu berseberangan. Tapi kali ini ikut kami. Kalau mereka ikut dengan PDIP maka tidak meÂngunÂtungkan bagi mereka. MakaÂnya ikut Partai Demokrat.
Apakah sikap PKS ini akan kembali ke koalisi?
Itu urusan Internal Partai DeÂmoÂkrat, bukan urusan saya. Saya kan sebagai ketua DPR. TaÂnyaÂkan saja ke pengurus Partai DeÂmokrat. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52
Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13
Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26
Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41