Dengan investasi sebesar 91 miliar yen (628 juta dolar AS), pabrik ini akan memiliki output sebesar 500 megawatt dan kapasitas penyimpanan sebesar 2.000 megawatt-jam, cukup untuk mengisi daya 50.000 kendaraan listrik.
CEO Gurin Energy, Assaad Razzouk, mengatakan bahwa “pengurangan”, yaitu pembatasan produksi fasilitas energi terbarukan untuk sementara waktu - guna menyeimbangkan pasokan dan permintaan - akan menjadi fitur utama di Jepang.
Jepang diperkirakan akan menambah lebih banyak fasilitas tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai, dan pembangkit listrik tenaga angin di darat pada dekade berikutnya.
“Kami pikir jaringan listrik akan diperkuat dengan penambahan baterai di beberapa lokasi di Jepang,” kata Razzouk, seperti dikutip dari
Nikkei, Sabtu (16/12).
Gurin, yang didukung oleh perusahaan investasi Selandia Baru Infratil, mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya dan angin di berbagai wilayah Asia, seperti Indonesia dan Korea Selatan.
Fasilitasnya, termasuk proyek yang sedang dikembangkan, dapat menghasilkan lebih dari 7.000 MW energi ramah lingkungan.
Perusahaan asal Singapura itu berencana mengembangkan bisnis baru yang fokus pada penyimpanan listrik yang berasal dari energi terbarukan. Anak perusahaan di Jepang akan didirikan segera pada paruh pertama tahun 2024.
BERITA TERKAIT: