Timnas Pelajar kalah dari Malaysia di babak semifinal, Jumat malam (22/11) di Stadion Batakan, Balikpapan. Hasil ini membuat seorang mantan pelatih Timnas Pelajar Indonesia angkat bicara.
"Bagaimana mau menciptakan tim yang baik kalau di event pelajar di tingkat Asia saja belum ada peningkatan. Saya pernah membawa Timnas Pelajar Indonesia pada 2015 di Solo Jawa Tengah. Hasilnya sampai di babak semifinal kalah melawan Korea Selatan,†jelas pelatih kawakan Maman Suryaman kepada
Kantor Berita RMOLJatim, Sabtu (23/11).
Maman juga menanggapi hasil sama pada tahun ini. "Itu artinya tidak ada perubahan dalam perkembangan pembinaan sepak bola yang dikelola oleh Kemenpora,†kritiknya.
Padahal secara kualitas pemain, lanjut Maman, cukup terbantu oleh hadirnya beberapa pemain Timnas U-19 yang dibesut oleh Fakhri Husaini.
"Saat ini Indonesia ada kompetisi elite pro academy untuk usia U-16, U-18, dan U-20. Nah, itu saja yang pemerintah fokuskan untuk membantu pengembangan pembinaan dalam kompetisi usia muda. Untuk mempersiapkan tim Piala Dunia U-20 nanti,†saran Maman.
Maman menambahkan, antara Kemenpora dan PSSI harus ada sinergi dalam tata kelola kompetisi.
"Kalau ada sinergi, pasti akan jauh lebih baik mempersiapkan tim melalui pembinaan dan kompetisi berjenjang. Tingkatkan mutu dan kualitas kompetisinya di level usia jelang tahun 2021,†jelasnya.
Maman tidak memungkiri, saat ini kualitas sepak bola Indonesia di usia muda masih kalah dari Malaysia, Vietnam, dan Myanmar.
"Ya, levelnya masih Asia. Tentu ini pekerjaan berat untuk PSSI dan Menpora,†tandasnya.
Untuk diketahui, Timnas Pelajar akhirnya meraih peringkat ketiga di kejuaraan 47th Asian Schools Football Championship (ASFC), Sabtu (23/11). Mereka mengalahkan Korea Selatan melalui adu penalti 5-3. Sementara Thailand keluar sebagai juara di ajang ini.