"Tahun ini ada teknologi baru yang kita gunakan untuk tes psikologis, menggali kepribadian, dan mendeteksi gangguan mental seseorang," kata Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia (As SDM Kapolri), Irjen Dedi Prasetyo, lewat keterangan resmi, Kamis (11/7).
Salah satu keunggulan Body Composition Analyzer adalah untuk mendeteksi dini kemungkinan cedera pada tulang dan otot.
Instrumen-instrumen serba digital dalam proses seleksi anggota baru diharapkan semakin meningkatkan objektivitas hasil pemeriksaan. Apalagi Polri diharuskan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
"Proses rekrutmen dan pengembangan SDM Polri serba digital, menggunakan alat-alat canggih, teknologi terkini. Karena kita harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, termasuk dalam proses pemeriksaan kesehatan, psikologi, akademik dan fisik," kata mantan Kadiv Humas Polri itu.
Sementara itu Kepala Biro Kesehatan Polri, Brigjen I Gusti Gede Maha Andika, memaparkan cara kerja Body Composition Analyzer dengan mengecek komposisi tubuh yang terdiri dari lemak, massa otot, massa tulang, metabolisme umur sel, kandungan air, pembakaran aktivitas dalam tubuh, lemak dalam perut, dan lain-lain.
"Ada juga pemeriksaan darah, HbA1c untuk mengecek prediksi diabetes melitus di kemudian hari, ?cek anti-HCV untuk cek Hepatitis C, USG dan USG abdomen. Di samping pemeriksaan lain yang sudah biasa dilakukan, seperti cek fungsi paru atau spirometri, dan pemeriksaan lain oleh 11 spesialis klinis," kata Brigjen Gusti.
Terkait tes MMPI II, Gusti menyebut perbedaannya dengan MMPI, pertama terletak pada variasi pertanyaan yang tertera bersifat baru, dan bisa diacak.
MMPI II, lanjutnya, juga menyajikan soal-soal tes dengan hasil yang lebih rinci.
"Interpretasi hasil lebih rinci dan ?banyak aspek yang bisa dinilai," katanya.
BERITA TERKAIT: