Sementara beras medium dihargai Rp 12.700 per kg, naik 5,93 persen sejak pekan pertama Agustus 2023. Adapun, acuan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras yang diatur untuk beras premium, sebesar Rp 13.900 per kg hingga Rp 14.800 per kg tergantung wilayah. Sedangkan HET beras medium Rp 10.900 hingga Rp 11.800 per kg.
Kenaikan ini cukup signifikan karena harga beli masyarakat tengah menurun. Penurunan daya beli dapat dilihat dari maraknya media sosial menampilkan video para pedagang kaki lima yang sepi pengunjung, atau toko-toko di Tanahabang yang mulai tutup. Pada Juli 2023, Bank Indonesia juga merilis hasil survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Hasilnya, nilai acuan konsumsi masyarakat turun dari 127,1 pada Juni 2023 menjadi 123,5 pada bulan Juli.
Salah satu penyebab harga naik adalah fenomena el nino yang mengakibatkan cuaca panas ekstrem di beberapa negara, termasuk Indonesia. Dampaknya, sawah-sawah menjadi kekeringan sehingga kesulitan mendapatkan air untuk menanam padi.
Dengan dalih tersebut, maka pemerintah perlu memastikan pasokan beras tetap aman demi menjaga ketahanan pangan. Salah satunya dengan melakukan impor beras.
Cukup, Tapi Tetap Impor BerasPada Senin (11/9), Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan ke Gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) di Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Tujuannya, untuk memastikan ketersediaan stok cadangan beras pemerintah (CBP). Dalam kunjungan itu, Jokowi mendapat laporan bahwa stok beras di gudang Bulog tanah air lebih dari cukup.
Berdasarkan pemberitaan di laman Sekretariat Kabinet (Setkab), tercatat ada sebanyak 1,6 juta ton stok beras di gudang Bulog. Angka ini, kata Jokowi, lebih dari cukup. Sebab biasanya cadangan beras hanya 1,2 juta ton dan itu sudah normal.
Menariknya, meski sudah lebih dari cukup, Jokowi turut menyebut bahwa ada 400 ribu ton lagi yang sedang berada dalam perjalanan. Angka ini memang sesuai dengan dengan penugasan yang diberikan kepada Perum Bulog, yaitu harus mengamankan 2 juta ton beras impor di tahun 2023.
“Ada sudah yang di dalam gudang 1,6 juta (ton), dalam perjalanan 400 ribu ton sehingga akan ada stok 2 juta (ton). Biasanya stok kita itu hanya 1,2 juta [ton], normal. Ini kita memiliki 2 juta (ton), sehingga kita tidak usah khawatir,” kata Presiden Jokowi.
Senada itu, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso juga memastikan bahwa sisa penugasan impor beras sebanyak 400 ribu ton sudah selesai. Barangnya, kini tinggal menunggu kedatangan. Beras yang asal negaranya masih dirahasiakan itu diprediksi akan sampai pada November 2023 dan menjadi penutup impor beras tahun ini.
“Impor sudah selesai. (Asal negaranya) rahasia, yang penting sudah selesai. Berarti kita tidak impor lagi,” kata Dirut Bulog Budi Waseso di Gudang Bulog DKI Jakarta dan Banten di Kelapa Gading, Jakarta, Senin (11/9).
Impor Beras di Tahun PolitikKebijakan impor yang dilakukan di tahun politik memang mengundang tanda tanya besar. Tidak hanya publik, bahkan hal yang sama turut dirasakan oleh Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika.
“Saya juga bingung kenapa setiap tahun politik selalu impor, apakah ini sudah ada rumus, desain?" kata Yeka di kantor Ombudsman RI Jakarta, pada Senin (18/9).
Meski bingung, Yeka tidak mau berspekulasi lebih. Mungkin karena Ombudsman harus berbicara berdasarkan data yang valid. Sehingga ketika ditanya apakah ada “permainan” di dalam impor beras tersebut, Yeka, belum berani memastikan.
Impor pangan memang rawan menjadi jurus instan menghasilkan uang bagi sebagian oknum, apalagi jelang pemilu yang memerlukan dana tidak sedikit. Terbilang ampuh lantaran oknum bisa saja menitip harga untuk setiap barang yang diimpor.
Misalkan saja jika ada impor sebesar 400 ribu ton beras. Andai ada pejabat yang nakal dan menitipkan harga seribu perak saja untuk setiap kilogram beras yang diimpor, maka akan ada dana terkumpul sebanyak Rp 400 miliar. Dari mana lagi dana sebesar itu bisa didapat dalam waktu singkat?
Namun demikian, kita tetap harus positif thinking. Bahwa sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo, impor beras dilakukan demi memastikan Indonesia memiliki stok cadangan strategis. Karena produksi sedang menurun akibat el nino, sehingga impor bisa menjadi alternatif agar tidak terjadi kenaikan harga yang signifikan.
“Ini untuk memastikan bahwa kita memiliki cadangan strategis stok, harus, itu harus untuk menjaga agar tidak terjadi kenaikan. Karena memang produksi pasti turun, karena El Nino, meskipun juga saya lihat angkanya juga tidak banyak,” demikian Presiden Joko Widodo.
BERITA TERKAIT: