Salah satu daerah yang massif penyebaran Covid-19 adalah Jakarta, sebagai Ibu Kota negara dan pusat bisnis, Jakarta menjadi wilayah yang butuh penanganan ekstra. Saat ini, kondisi Jakarta memprihatinkan, rumah sakit hampir penuh diisi pasien Corona, sama halnya dengan tempat-tempat yang ditunjuk sebagai lokasi isolasi pasien, hampir kolaps karena banyaknya orang yang terpapar.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahkan sudah menyiapkan lokasi-lokasi baru untuk menguburkan pasien Covid-19 yang meninggal, karena saat ini, jumlah yang tewas akibat Covid-19 juga melonjak, ini sangat memprihatinkan. Negara ini sudah dilanda pandemi setahun lebih dan hingga kini tidak ada tanda-tanda negara punya strategi khusus dalam menangani pandemi.
Lihat saja prosantase penduduk yang sudah divaksinasi, jauh dari target, ditambah komando penanganan yang seakan tidak terpusat menambah beban negara dalam menghadapi pandemi, belum lagi tingkat disiplin publik yang rendah dan kurang tegasnya pemerintah menambah penjang deretan masalah yang membuat problem pandemi ini makin kompleks.
Sudah kondisi seperti itu, lucunya, energi bangsa ini justru terpecah dengan hingar bingar politik yang tidak jelas, tengok saja soal wacana masa jabatan presiden tiga periode, belum lagi polarisasi politik yang seakan mendarah daging, problematika buzzer yang seaolah mengadu domba anak bangsa, serta celoteh elite yang sepertinya sudah kebelet 2024, tak sabar menunggu gelaran Pilpres, inikah potret bangsa saat ini.
Di saat Ibu Pertiwi membutuhkan kucuran keringat, tenaga dan kreatifitas segenap elemen bangsa, namun kita semua masih berjibaku dengan persoalan temeh seperti masa jabatan presiden tiga periode yang jelas-jelas bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945. Sungguh keterlaluan!!!
Tidak pantas rasanya saat negara sedang susah payah menghadapi pandemi seperti ini justru elite politik lebih sering menyuarakan soal hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan strategi mengentaskan pandemi. Memalukan!
Soal pandemi ini, sebenarnya semua juga tahu, tidak bisa dilawan dengan kerja sendiri-sendiri, kita semua harus kembali kepada karakter bangsa yang mengedepankan rasa gotong-royong, buang dulu politik yang tidak perlu, ego sektoral, buang dulu pandangan-pandangan yang menimbulkan friksi di tengah-tengah masyarakat. Saatnya kita semua disiplin, fokus agar badai pandemi ini berlalu.
Masa tidak iri melihat Kota Wuhan, yang katanya adalah tempat lahirnya Covid-19 kini sudah bisa senang-senang, warganya sudah bisa kembali beraktivitas normal, seperti apa yang disampaikan dalam pemberitaan-pemberitaan luar negeri dan media sosial.
Jangan buat problem pandemi ini berlarut-larut, tegas dalam mengambil keputusan, sinkron kebijakan dari atas hingga bawah agar pandemi bisa diatasi, rakyat bahagian kembali, ekonomi bangkit.
Jangan sampai kesedihan ini berlarut-larut, pasti sedih sekali rasanya kalau ada kenalan, teman, sahabat, keluarga kita yang tewas akibat wabah covid-19 namun tidak bisa kita urus, tidak bisa kita datangi untuk meringangkan beban, menyampaikan bela sungkawa karena penularan virus menghalangi.
Oleh karena itu, jangan salah lagi, jangan anggap enteng lagi, wabah ini jelas menjadi musuh nyata segenap tumpah darah Indonesia, karenanya harus dilawan dengan cara-cara ekstra, out of the box, kreatif dan terukur dari si pengambil keputusan tertinggi, yakni Presiden Joko Widodo.
Pak Jokowi, ayo tunjukan kalau Anda Presiden untuk semua rakyat, rangkul yang berlawanan, ajak mereka ikut bahu-membahu menghadapi pandemi, bereskan pendukung Anda yang ngaco, berikan peringatan keras, bahwasanya negara sedang genting, perlu pesan-pesan persatuan untuk menghadapinya, tidak boleh lagi ada debat kusir, semua elemen bangsa harus bersatu demi kejayaan bangsa dan negara.
Beritahu dunia, kalau Indonesia bersatu, tidak ada yang bisa mengalahkan Sang Garuda, padamu rakyat ini berharap, semoga setelah gelombang kedua ini, pandemi bisa kita atasi bersama.
BERITA TERKAIT: