Polesan Program Kampung Sehat NTB Saat Pandemik, Desa Taman Indah Bangkit Dengan Hidroponik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/idham-anhari-1'>IDHAM ANHARI</a>
LAPORAN: IDHAM ANHARI
  • Sabtu, 18 Juli 2020, 15:49 WIB
Polesan Program Kampung Sehat NTB Saat Pandemik, Desa Taman Indah Bangkit Dengan Hidroponik
Hidroponik yang dibuat oleh warga di Desa Taman Indah/RMOL
rmol news logo Desa Taman Indah, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) mampu bangkit dengan budidaya tanaman hidroponik. Warganya kian produktif di tengah pandemik virus corona baru (Covid-19) lantran adanya Lomba Kampung SEHAT NTB yang diinisiasi Kapolda NTB Irjen Mohammad Iqbal.

Kapolres Lombok Tengah, AKBP Esty Setyo Nugroho memaparkan, warga harus diarahkan mengubah haluan dalam hal mata pencaharian dengan membentuk kelompok pengrajin kurungan ayam dan kelompok budidaya tanaman jamur tiram serta hidroponik.

"Budidaya jamur, produksi anyaman bambu dan budidaya hidroponik merupakan program unggulan dari Desa Taman Indah. Begitulah cara warga bertahan hidup di tengah pariwisata yang saat ini redup," kata Esty, Sabtu (18/7).

Padahal, sebut Esty, Desa Taman Indah ini merupakan desa yang sebagian besar warganya hidup dari kunjungan para turis.

“Kita perlu mengalihkan dengan memanfaatkan yang ada di masyarakat dengan pelatihan-pelatihan,” tandas Esty.

Akhirnya, desa yang terletak di Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini mampu meraup omset puluhan juta dengan usaha barunya. Esty menyebut bahkan warga sudah memiliki merk untuk produk tanaman hidroponiknya.

"Hidroponik sudah ada labeling Badil Hidroponik. Ini pelakunya 7 warga. Mereka sebulan bisa memproduksi 300 kilogram tanaman hidroponik dengan harga satuannya 23 ribu rupiah. Omset per bulan 6,9 juta rupiah per petaninya," ungkap Esty.

Esty menjelaskan, kelompok warga yang membudidayakan jamur tiram berjumlah 20 orang dengan total produksi per bulan 500 kilogram. Mereka menjual jamur tiram seharga Rp 20 ribu per kilogram dan omset yang didapat per bulannya Rp 10 juta untuk masing-masing petani.

"Begitu juga di kelompok pengrajim kurungan ayam. Mereka lebih banyak, ada 25 orang. Sebulannya mampu membuat 500 buah kurungan ayam yang kemudian mereka jual dengan harga Rp 65 ribu satu kurungan. Omset mereka perbulan kalau dikalikan saja hampir 49 juta rupiah," jelas Esty.

Esty menuturkan, usaha kelompok warga ini juga dipantau oleh TNI-Polri dan pemerintah setempat. Sudah ada pembahasan tentang bantuan dari Dinas Perdagangan untuk memasarkan produk warga secara daring.

Esty menerangkan Pemda telah menyatakan siap membantu produk-produk warga Desa Taman Indah untuk dititipkan di pasar. "Ini untuk hidroponik karena ini nggak bisa tahan lama, maka pemasarannya lebih kita dorong ke pasar," imbuh Esty.

Tak hanya sekadar tiga produk itu, Esty dan Forkopimda Lombok Tengah berencana mendorong warga untuk memproduksi kerajinan khas Pulau Lombok dan Lombok. Semisal, keris khas Lombok.

“Ada pemuda yang memiliki kemampuan membuat keris asli Lombok itu kita juga fasilitasi untuk kembangkan UMKM usahanya," ucap Esty.

Esty menjelaskan pihaknya bersama Forkopimda Lombok Tengah sedang mengamati potensi masing-masing desa di daerahnya. Harapannya, TNI-Polri serta pemerintah setempat dapat mendorong warga masing-masing desa untuk terampil.

"Kalau di sana (Desa Taman Indah) anyaman bambu, nah itu nanti kita akan dorong. jadi kita lihat potensi masing-masing, kita tidak ingin memaksakan kalau memang daerah itu sudah memiliki potensi bambu banyak, kita akan dorong. Hanya saja kita tingkatkan keterampilannya, bukan hanya bikin kurungan ayam. Tapi kita rencana, kita dorong dari Pemda untuk berikan pelatihan, demikian Esty.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA