tubuh istrinya semakin panas juga meronta.
uang telah habis tadi malam beli obat dan dua bungkus mie instan
kardus menumpuk di gerobak, belum terjualkan
Pemulung tua itu mengambil golok dari dinding gubuknya
"Jika kematian pasti datang mengapa tidak dipercepat saja," bisik hatinya. Parjo menggigil, panas juga membakar tubuhnya sejak dua hari lalu.
Istrinya meronta keras
setelah itu diam
Kematian datang lebih cepat sebelum golok diayunkan
Parjo berteriak keras
tapi siapa yang peduli
Jalan bawah jembatan itu sepi, satu dua orang bergegas dengan masker, seperti perampok
dalam film yang pernah ditontonnya
semasa muda
Tapi golok masih di tangannya
Lelaki tua itu pernah dengar
korona dari teman-temannya
tapi tidak ada yang tahu itu apa
kecuali panas dan batuk. Itu biasa
Parjo dengan goloknya
mendekati istrinya yang kaku
Dia rebahkan dirinya
Panas membakar tubuhnya
Parjo menggigil dan meronta
Dia memejamkan mata
mendengar angin yang mendesir
semakin jauh. Golok yang diipegangnya
pelan-pelan lepas dari tanganya.
Parjo melayang, jauh
Kematian menyergap mereka
dalam sepi, kemiskinan,
dan tidak ada yang mau disalahkan
Seperti daun jatuh
ditiup angin dan menepi.
Siapa peduli...
Jakarta, 23 April 2020
Asro Kamal Rokan Wartawan senior
BERITA TERKAIT: