Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Si Kancil Dari Medan Gerilya Garap Generasi Milenial

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Senin, 14 Januari 2019, 15:17 WIB
Si Kancil Dari Medan Gerilya Garap Generasi Milenial
Iskandar Sitorus/net
rmol news logo Lebih dari 200 anak muda berkumpul di Cafe Pos Kopi, Jalan Doktor Mansur, Medan, Minggu (13/1) siang.

Mereka tampak serius menyimak apa yang diucapkan Bang Is. Dengan pengeras suara, ia tak bicara muluk-muluk. Dia mengingatkan pentingnya generasi milenial terlibat aktif dalam menentukan arah bangsa dan negara.

"Orang tua tak bisa egois, suara-suara anak muda harus didengar. Bangsa dan negara ini milik kita bersama, termasuk adik-adik anak muda," kata Bang Is.

Anak-anak muda, kata pemilik nama Iskandar HP Sitorus itu, harus melek politik. Peran kaum muda tak terkecuali pemilih pemula sangat dibutuhkan Negara. Salah satu caranya adalah dengan tidak golput pada Pemilu 2019.

Dia mengajak mereka datang ke TPS untuk memberikan hak pilihnya dengan memilih sosok wakil rakyat dan pemimpin negara yang bisa menghadirkan perbaikan.

"Sumbangan saran dari anak-anak muda sangat penting supaya negara kita maju," katanya.

Di Pemilu 2019 ini, Bang Is maju sebagai calon anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sumatera Utara I dari Partai Gerindra nomor urut 4. Sudah puluhan kali dia turun ke bawah untuk menyerap aspirasi sekaligus menggalang kekuatan kaum milenial di Medan, Deli Serdang, Sergai, dan Tebing Tinggi.

Bang Is Lahir di Palembang, 13 Mei 1970. Mengarungi hidup bersama perempuan Melayu Deli bernama Ajriani Munthe Salak, dia dikaruniai dua anak.

Julia Rezeki, saat ini tengah menempuh kuliah di Fakultas Ilmu Politik Universitas Airlangga. Adapun si bontot, Novum Farros Rizky Sitorus, siswa kelas 6 SD Al-Azhar Rawamangun, Jakarta Timur.

Menyapa pemilih pemula yang kebanyakan penggemar PUBG dan Mobile Legends di  Cafe Pos Kopi bukan kali pertama dia lakukan. Upayanya menyapa ABG sudah dilakukan melalui banyak kegiatan.

Antara lain pelatihan teknisi ponsel, kompetisi video futsal, dan kompetisi video pantun. Dan rencananya, pada 2-3 Februari, dia melakukan sosialisasi melalui acara festival musik yang diadakan di sekitaran Jalan Bandara Kualanamu.

"Saya berharap kaum milenial jadi melek politik," katanya menjelaskan tujuan diadakannya kegiatan-kegiatan itu.

Aktivitas politik tidak asing bagi Bang Is. Saat kuliah semester 6 tahun 1993 di Fakultas Hukum UKI Jakarta, dia bersama beberapa dokter mendirikan Gerakan Masyarakat Pemerhati Hukum Kesehatan (Gemaperhukes) yang menjadi embrio lahirnya LBH Kesehatan. Inilah awal Bang Is belajar berorganisasi dengan orang-orang berbeda latar belakang pendidikan.  

Asyik berorganisasi membuat dia baru menuntaskan kuliah beberapa tahun kemudian di universitas yang berbeda, yakni di Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor.

Tahun 2000-2002, dia nekat pergi ke Brisbane dan Gold Coast, Australia. Hidup di negeri orang membuat mata dan pikirannya makin terbuka, bahwa perbedaan di dalam kehidupan ibarat tamansari dengan aneka pepohonan indah.  

Melawan perbedaan dalam kehidupan apalagi untuk menyeragamkan, baginya adalah pengingkaran terhadap ciptaan Illahi.

Aktif di dunia hukum kesehatan membuatnya harus berhadapan dengan manajemen tambang emas asing, Newmont Minahasa Raya (NMR) yang beroperasi di Sulawesi Utara tahun 2004.

Keluhan terhadap poduk pemutih wajah merk Extraderm ex Ovilian, kosmetik impor dari Filiphina, juga tidak lepas dari kepeduliannya untuk dipersoalkan demi keselamatan kaum hawa.  

Termasuk alat penanak nasi merk Yong Ma asal Korea Selatan, juga sempat ditelisiknya saat pertama kali masuk ke Indonesia.

Si Kancil dari Medan, demikian Iskandar Sitorus dijuluki seorang kawan pegiat media di Jakarta, berpandangan bahwa kehidupan manusia cenderung mengalami efek negatif akibat dari manajemen yang keliru. Karenanya menurut dia, setiap model manajemen tidak bisa diklaim yang paling sempurna.

Untuk mendapatkan kesimpulan yang valid, maka setiap pola manajemen dan produknya 'wajib' diuji.

"Apabila suatu model manajemen tidak teruji, maka pola yang diadopsi itu tidak patut untuk diakui sebagai sesuatu yang benar," ucap si Kancil yang mengecap pendidikan di SD St. Thomas 1 Medan, SMP St. Thomas 3 Medan, SMA 4 Medan dan saat kelas 2 pindah ke SMA 41 Jakarta ini.

Tesis ini lantas dikawinkannya dengan masa depan generasi milenial. Dia menekankan perlunya peningkatan kemampuan sehingga mereka tidak gugup melewai jaman.

Kemampuan Bang Is menganalisa persoalan-persoalan manajemen tak perlu diragukan. Itulah yang membuat beberapa kalangan penggelut audit keuangan yang biasa ‘membedah’ laporan keuangan negara mengajaknya mendirikan Indonesian Audit Watch (IAW).

Jika ditelusuri dengan menggunakan mesin pencari, ada banyak berita di portal-portal nasional dan daerah yang memuat pendapat IAW dalam menyorot ketidaklaziman pengelolaan anggaran berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan RI.

Karena hobi menguji manajemen tersebut,  komunitas masyarakat awam di Kota Batam dan Sumatera Utara yang memperjuangkan tanah tempat hidupnya dari arogansi pemerintah, juga tidak luput dari pikirannya.
 Himpunan Masyarakat Adat Pulau-pulau Rempang Galang (Himad Purelang) dan Cinta Tanah Sumatera (CTS) ditatakelola untuk merebut tanah yang menjadi hak mereka.

Profesi wartawan online juga senang dengan pola pikirnya yang rajin memilah atau mengurai sesuatu hal dari sudut pandang yang tidak biasa. Maka dia pun diajak jadi salah satu dari 26 orang inisiator pendirian Ikatan Wartawan Online (IWO).

Bukan hanya kalangan muda yang digarap Bang Is. Ia juga melakukan kampanye door to door. Untuk kampanye model ini dia melibatkan anak-anak perempuan usia 17-30 yang tergabung dalam Srikandi Iskandar Sitorus.

Mereka bergerak dimulai dengan mendatangi tetangga. Kepada pemilik rumah, para srikandi menyampaikan alasan kenapa perlu mencoblos caleg nomor urut 4 dari Partai Gerindra. Mereka juga turut mensosialisasikan pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Jangan lupakan suara generasi milenial. Begitu juga dengan suara emak-emak di kampung-kampung. Inilah suara-suara untuk memperbaiki kehidupan bangsa dan negara lima tahun ke depan. Jangan tipu-tipu mereka. Ayo perbaiki keadaan masyarakat Medan, Deli Serdang, Sergai, dan Tebing Tinggi melalui Pileg dan Pilpres 2019," demikian Iskandar Sitorus. [jto]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA