Kawan. BEDA ya BEDA ya TAK SAMA
Kawan. Gerakan Pengacau Keamanan alias GPK begitu Pak Harto menyebut mereka.
Aku tak tahu GPK itu yang mana?.
Dan, memang kami seringkali tak tahu yang mana?
Kawan. Di masa kebijakan DOM alias Daerah Operasi Militer di Aceh, tanah kelahiranku, kami sulit membuat pembeda.
Mana penjaga, mana pengacau, tak jauh berbeda.
Kawan. Hidup di tengah konflik kekerasan membuat kita tak paham Apa arti "BEDA".
Kawan. Tengok, Poso. Ambon. Ketika konflik datang mendera.
Mata gelap tak paham perbedaan dengan tiba-tiba. Karena semua jadi sama.
Kekerasan dan kebencian menjadi bahasa bersama.
Kawan. Tak ada manusia baik atau manusia jahat ketika konflik kekerasan mendera.
Tidak ada beda. Semua sama.
Mereka yang berteriak atas nama agama.
Pun, mereka yang berteriak atas nama tugas negara. Ah...semua sama.
Membunuh nilai ketuhanan dan kemanusiaan yang kita bina.
Kawan. Sorotan mata mereka sama, miskin cinta, karena berbeda seolah menjadi dosa. Karena berbeda adalah nista.
Semua harus sama. Berdoa bersama.
Padahal kita BEDA. Supaya terlihat toleransi ya kita sama-sama saja.
Kawan. Nilai yang aku dan kau yakini beda. Dan, tentu tak apa. Aku menghormati sepenuh jiwa.
Kita saling melindungi dan memuliakan dalam cinta.
Karena bahasa cinta sejati adalah bahasa penuh dengan warna berbeda bukan warna yang sama. Karena sejarah telah menunjukkan bahwa nafsu untuk menjadi sama telah melahirkan petaka.
Kawan. Kita berbeda tidak sama. Toleransi adalah merayakan perbedaan dengan gembira. Konflik, permusuhan dan perang hanya kenal kebencian dan kekerasan sebagai satu-satunya bahasa.
Kita BEDA ya kawan. Kita Tidak Sama.
[***]
Binjai, 24 Desember 2016
BERITA TERKAIT: