PDIP Dorong Warga Indonesia Warisi Perjuangan Kartini

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Kamis, 21 April 2016, 16:56 WIB
rmol news logo . Di era Kartini, perempuan tidak boleh bekerja, serta dinikahkan secara paksa pada usia dini. Bahkan, kartini pun meninggal saat melahirkan, sebagaimana lazimnya ibu-ibu di zaman itu.

Saat ini, kondisi ibu meninggal saat melahirkan masih sering terjadi dan bahkan masih cukup tinggi. Karena itu, bagi PDI Perjuangan, perjuangan Kartini masih sangat relevan. Dan sebab itu juga, salah satu agenda PDI Perjuangan adalah memperjuangan perbaikan kesehatan bagi perempuan dan rakyat umumnya.

Demikian disampaikan Ketua Bidang Kesehatan Perempuan dan Anak DPP PDI Perjuangan, Sri Rahayu. PDI Perjuangan juga, lanjutnya, memberikan kesempatan perempuan seluasnya berkiprah di masyarakat atau di publik melalui partai politik baik dalam struktural  legislatif maupun eksekutif. Hal itu diamanatkan  dalam AD/ART pasal 20, dan pasal 101 hasil Kongres IV 2015.

"Sinergi kerjasama 3 pilar penting  dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat sehingga cita-cita Pembukaan UUD 1945 menjadi keniscayaan. Kini kesempatan telah terbuka, perempuan harus percaya diri,  ulet, mandiri, bermental kuat, tidak patah semangat, sehingga tidak terpengaruh untuk korupsi," kata Sri Rahayu beberapa saat lalu (Kamis, 21/4).

Kartini menunjukkan perjuangan dengan melawan adat, padahal konseksensinya bisa berujung kematian. Penderitaan dihadapi menghalau rintangan perbaikan kondisi perempuan. Selain  dikucilkan, bahkan dianggap perawan tua dilakoni Kartini. Bahkan ketika harus menikah, ia ajukan berbagai syarat kepada calon suaminya,termasuk boleh mendirikan sekolah dan mengajar.

"Tak hanya itu, ia merelakan beasiswanya untuk Agus Salim, itulah salah satu semangat nasionalisme Kartini yang dinyatakannya  bahwa dengan pendididikan bebas tujuan terutama  sekali menjadikan orang dijiwai dengan cinta dan semangat untuk tanah air dan bangsanya," ungkapnya.

Kini, saat kebebasan dan keterbukaan telah direngkuh perempuan, Sri Rahayu menekankan bahwa perjuangan belum selesai dan perempuan tidak boleh surut berjuang. Hal ini dicontohkan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan sebagaimana diungkapkan Megawati dalam Buku Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat, bahwa meskipun Megawati mengalami penghianatan dan rintangan tidak menyurutkan mentalnya untuk terus berjuang dalam politik.

"Ibu Megawati tahan mental dalam tekanan politik Orde Baru sedangkan Kartini sejak usia belia sudah berjuang dibawah tekanan budaya saat itu. Kekuataan mental beliau berdua adalah teladan bagi semua kader, khususnya perempuan," ungkapnya.

Dalam Memperingati Hari Kartini 2016, sambungmya, DPP PDI Perjuangan menegaskan kembali target kerja sinergi tiga pilar Partai untuk melakukan langkah strategis dalam mengurangi Angka Kematian Ibu Melahirkan; melaksanakan pencegahan  perkawinan usia dini; meningkatan produktifitas kualitas dan kuantitas kerajinan rakyat, khususnya yang dibuat kaum perempuan; dan melanjutkan peningkatan budidaya tanaman pangan lokal.

"Kiranya seluruh simpatisan dan masyarakat Indonesia pada umumnya dapat bersama-sama bekerja, dan mewarisi semangat dan perjuangan Kartini," demikian Sri Rahayu.  [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA