Menurut Wakil Presiden FSPMI, Kahar S Cahyono, kerja-kerja ke arah terbentuknya alat politik sendiri sudah dilakukan jauh-jauh hari. Berpuluh kali diskusi sudah dilakukan, yang tak jarang berakhir hingga dini hari. Dibuka ruang atas semua pemikiran, usul, dan saran, tanpa ada yang mendominasi.
"Seperti saudara, dalam beberapa bulan terakhir, diantara pimpinan GBI sudah terbiasa saling mengingatkan dan memberi masukan," katanya beberapa saat lalu (Rabu, 20/4).
Saat ini, sambungnya, 30 provinsi sudah menyatakan kesiapannya. Puncaknya, dalam May Day nanti, diperkirakan ormas buruh dan rakyat akan dideklarasikan di 32 propinsi. Sisanya, 2 provinsi lagi, optimis akan menyusul dalam beberapa bulan kedepan.
"Inilah saat, ketika teori akan diuji dalam praktek. Slogan-slogan semacam buruh go politik, bergerak dari pabrik untuk publik, buruh berkuasa rakyat sejahtera, saatnya diterjemahkan dalam tindakan nyata," " ungkapnya.
Satu hal yang penting, lanjutnya, ini tidak dilakukan sendirian oleh satu serikat tertentu. Tergabung dalam Gerakan Buruh Indonesia (GBI) yang bisa jadi adalah aliansi serikat buruh terbesar saat ini.
"1 Mei, sebagai hari perlawanan, tentu akan kita rayakan dengan aksi. Tidak akan ada elit partai politik yang diberikan "panggung" dalam agenda ini. Kita hendak berikhtiar dengan penuh keseriusan untuk membangun alat politik sendiri, yang mandiri. Inilah jalan yang kita pilih. Bukan jalan yang disediakan rezim, lengkap dengan geleran permadani dan karpet merah," demikian Kahar S Cahyono.
[ysa]
BERITA TERKAIT: