300 Peserta Selesai Ikuti Program Magang di Bali

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/dede-zaki-mubarok-1'>DEDE ZAKI MUBAROK</a>
LAPORAN: DEDE ZAKI MUBAROK
  • Sabtu, 19 Maret 2016, 10:09 WIB
300 Peserta Selesai Ikuti Program Magang di Bali
foto :humas kemenkop
rmol news logo Selama 25 hari, Kementerian Koperasi dan UKM mendidik sekitar 300 pemuda yang ada di Provinsi Bali untuk terjun langsung dalam dunia kerja melalui program magang.

"Atas dukungan semua pihak, termasuk Dinas Koperasi dan UKM setempat, program ini sampai saat ini berjalan dengan baik dan banyak memberikan manfaat bagi para pemuda dalam meningkatkan kapasitas SDM mereka melalui kegiatan magang. Kegiatan ini juga bertujuan mempersiapkan diri para pemuda dalam memasuki dunia kerja, sebagai wirausaha muda pemula yang tangguh," kata Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementrian Koperasi dan UKM Prakoso BS, pada penutupan acara "Program Peran Serta Dunia Usaha Dalam Kegiatan Magang Bagi Pemuda Tahun 2016" di Kota Denpasar, Bali, Sabtu (19/3).

Program magang di Bali tersebut merupakan rangkaian dari Program Magang Kemenkop dan UKM tahun 2016 yang dimulai sejak 13 Februari 2016 dengan mendidik peserta magang sebanyak 500 orang di tiga provinsi. Yaitu, Bali, Kalimantan Barat (Pontianak) dan Sulawesi Tengah (Palu).

Khusus untuk Bali saja, telah dididik peserta magang sejumlah 300 orang dengan komposisi 100 orang peserta dari Kota Bangli, Kota Denpasar dan Kabupaten Klungkung.

Prakoso berharap dengan program peran serta dunia usaha dalam kegiatan magang bagi pemuda tahun 2016 ini, para peserta mampu menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri maupun masyarakat. Sehingga, menambah jumlah pelaku wirausaha muda dan dapat menekan jumlah pengangguran.

 "Saat ini, sangat diperlukan transfer of knowledge dari pelaku dunia usaha dan semangat berwirausaha bagi para peserta magang", ujar Prakoso.

Apalagi, lanjut dia, angka pengangguran sebesar 7,2 juta jiwa (5,94 persen), ternyata masih didominasi angkatan kerja terdidik, baik lulusan SMA, sekolah kejuruan, hingga perguruan tinggi.
"Kami akan terus berupaya menggulirkan program yang bisa mengubah mindset para pemuda dari job seeker menjadi job creator," imbuh Prakoso.

Sebagai gambaran, kemajuan ekonomi negara seperti di negara maju seperti AS jumlah usahawan mencapai 11,5 persen, Singapura memiliki 7,2 persen, Jepang 11 persen, China 10 persen dan Malaysia 3 persen. Sedangkan di Indonesia saat ini baru memiliki 1,65 persen pelaku usaha dari jumlah populasi penduduk Indonesia.

"Idealnya menurut David McClelland, untuk menjadi negara yang makmur, suatu negara harus memiliki minimum 2 persen entrepreneur dari total penduduknya," ungkap Prakoso lagi.

Dalam kesempatan yang sama, Asisten Deputi Peranserta Masyarakat, Deputi Pengembangan SDM Koperasi dan UKM, Budi Mustopo mengatakan bahwa program magang UKM dirancang untuk memberikan pengalaman langsung bagi peserta  menjadi wirausahawan.

"Peserta magang ini diharapkan nanti menjadi wirausaha pemula yang mandiri atau menjadi mitra usaha tempat magang," kata dia.

Berbagai jenis usaha yang menjadi tempat magang tersebut antara lain, usaha kerajinan batik, kerajinan keranjang sokasi, uang kepeng, tenun ikat, batok kelapa, air mineral, lukisan, kerajinan perada, bengkel, penyosohan beras, dan simpan pinjam.

Menurut Budi Mustopo, induk magang akan mendampingi guna memastikan bekal pengetahuan dan wawasan wirausaha  selama 25 hari mengikuti program tersebut diterapkan oleh peserta.

 "Peserta akan dilatih mulai dari proses produksi, kemasan, manajemen usaha hingga pemasaran," katanya.

Ni Wayan Sariningsih, pemilik JM Coffee di Bangli, misalnya. Dia mengatakan, pihaknya mendorong agar tenaga magang bisa mandiri pasca mengikuti program magang yang diselenggarakan pemerintah.

"Di tempat kami ada tiga orang yang magang, kami ajari mereka untuk mengelola kafe mulai dari melayani tamu, menyajikan dan membuat kopi untuk para konsumen," kata Ni Wayan.

Menurut dia, para tenaga magang bisa mendirikan usaha kopi sendiri atau membeli franchise JM cofee sebagai usaha sendiri. Modal mendirikan kedai kopi, lanjut Ni Wayan, hanya dibutuhkan Rp 500 ribu sehingga tidak terlalu mahal bagi pemula.[wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA