"Dari aspek presence atau kehadiran, termasuk aspek pengembangan pertahanan baik militer (TNI) dan non militer yaitu, tumbuhnya lalulintas kapal di area Masela, maka pilihannya memang harus
off shore (FLNG)," kata Connie di Jakarta, kemarin.
Direktur Eksekutif
Institute for Defense and Security Studies itu mengatakan, dengan memilih FLNG, Indonesia akan lebih cepat menancapkan eksistensi di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) itu dibanding skema darat (
on shore LNG/ONLG).
Menurut dia, Indonesia mesti cepat mengembangkan Masela, karena berkejaran dengan Australia yang juga tengah memÂperkuat wilayah perbatasannya dengan membangun sejumlah FLNG.
"Kalau tidak percaya tentang teori presence saya, sekarang dibalik berpikirnya. Kenapa Australia malah lebih dulu memÂbangun FLNG yang dekat denÂgan Timor Leste dan Indonesia? Kenapa tidak membuat
on shore di Darwin saja?" katanya.
Ia menambahkan, dari aspek kebijakan berbasis pendekatan holistik setempat mencakup manusia, ruang hidup, kesejahteraan, keberlangsungan, keÂmakmuran, dan terjaganya lingÂkungan, maka opsi FLNG juga lebih baik.
Connie juga mengatakan, visi Presiden Joko Widodo menghÂadapi abad 21 sudah jelas, yakni mewujudkan poros maritim dunia. Namun, ia mengaku heran dengan pihak-pihak terÂtentu yang malah menilai pilihan FLNG rentan terhadap pengaÂwasan dan keamanan wilayah negara.
Justru, lanjutnya, dengan FLNG, akan mendorong kesiapan TNI AL memiliki aspek materi ideal berupa Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT). Yaitu KRI, pesaÂwat udara, marinir, pangkalan, dan kapabilitas perang udara. Yakni, TNI AU sebagai payung utama kekuatan AL, sehingga mampu mengefektifkan pola operasi pengamanan negara kepulauan hingga perairan kawasan.
"Artinya di Indonesia timur akan semakin terwujud Pangkalan TNIA L yang bersinÂergi dengan Pangkalan TNI AU yang besar, kuat, dan mumpuni," ujarnya.
Karena itu, Connie meminta, pemerintah betul-betul menjaga area Masela dari kemungkinan
proxy war. Tterutama dari keÂpentingan Negeri Kanguru dan aliansinya.
"Masela dan Maluku pada umumnya serta Papua sedang sangat seksi seperti Aceh dan Timtim dulu," bebernya.
Ia melanjutkan, paradigma Indonesia sebagai negara poÂros maritim dunia dan rencana pembangunan FLNG Masela adalah peluang membangun kekuatan garda terdepan samÂudera (TNI AL) dan dirgantara (TNI AU) yang sejalan dengan pembangunan dan kesejahterÂaan masyarakat Kepulauan Tanimbar. "Ingat, Saumlaki dengan Darwin hanya terpisah dengan jarak 300 km," warning Connie. ***
BERITA TERKAIT: