KPI Dan LSF Harus Jadi Filter Konten Siaran Yang Merusak Adat Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Jumat, 04 Maret 2016, 08:25 WIB
KPI Dan LSF Harus Jadi Filter Konten Siaran Yang Merusak Adat Indonesia
ilustrasi/net
rmol news logo . Di era kebebasan informasi, media juga perlu berperan dalam menjaga adat dan norma ketimuran Indonesia.

Demikian disampaikan anggota Komisi I DPR dari Fraksi Nasdem, Supiadin. Menurut Supiadin, adanya fenomena Lesbian, Gay, Biseksual, dan Trans gender (LGBT) harus menjadi perhatian serius bagi lembaga penyiaran nasional.

"Jangan sampai tayangan media terkesan turut mengkampanyekan. Konten seperti itu, perlu disikapi secara serius oleh KPI. Secara pribadi, saya menghormati preferensi seksual individu, namun jangan jadikan siaran publik untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini yang saya tidak inginkan," kata Supiadin beberapa saat lalu (Jumat, 4/3).

Sebaliknya, Supiadin menyarankan kepada lembaga siaran publik agar turut mengedepankan supremasi norma, moralitas, dan religiusitas. Baginya masyarakat Indonesia jauh berbeda dengan di Amerika yang melunturkan pakem ortodoknya.

"KPI dan Lembaga Sensor Film (LSF) berkontribusi menjadi filter terhadap konten siaran yang tidak membawa mudharat bagi bangsa," demikian Supiadin. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA