Tanpa Desa, Kota Dan Negara Bukan Apa-Apa

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yayan-sopyani-al-hadi-1'>YAYAN SOPYANI AL HADI</a>
LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI
  • Jumat, 26 Februari 2016, 05:51 WIB
Tanpa Desa, Kota Dan Negara Bukan Apa-Apa
ilustrasi/net
rmol news logo . Bila negara ibaratkan dengan pohon yang tinggi, maka desa adalah akarnya.

"Desa adalah akarnya, bagaimana menumbuhkan pohon dan bunga yang tinggi tanpa akar. Bahkan permata terpendam sangat dalam di lapisan terdalam sana," kata Galih, seniman Indonesia saat memeriahkan launching buku Kebangkitan Desa, oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) di Jakarta (Kamis, 25/2).

Galih melantunkan kisah Sumantri, seorang laki-laki yang menganggap kota adalah satu-satunya tujuan hidup. Ia akhirnya terjebak dalam riuh dan bisingnya kehidupan kota. Sumantri pun merindukan kampung yang penuh dengan kesederhanaan dan kebersamaan.

"Kota adalah bunga-bunga dan butiran buah di pohon yang besar. Tanpa kegigihan akar yang menerobos cadas dan tanah dengan kuat, bunga-bunga dan buah ini tak akan pernah terlahir," ujarnya.

Senada dengan kisah yang dilantunkan tersebut, Buku Kebangkitan Desa hadir untuk mengangkat desa pada posisi tertinggi. Buku tersebut, adalah terjemahan yang mengupas UU 6/2014 tentang desa. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar mengatakan, Kebangkitan Desa adalah gagasan baru untuk membangun Indonesia dari desa. [ysa]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA